Suka Tanpa Alasan

45 15 0
                                    

Shankara memegang lengan cardigan yang dikenakan Amaya. Sedangkan tangan kanannya yang bebas memegang es krim rasa cokelat. Dia melihat sekeliling, taman hiburan tampak sudah mulai ramai kedatangan pengunjung, mungkin karena hari sudah menjelang sore.

Sambil terus melangkah, Amaya memegang peta denah tempat yang diberikan oleh petugas sebelum masuk ke sana beberapa menit lalu. Gadis itu berbinar semangat ketika mendapati cukup banyak wahana bermain yang ada di sana.

"Kamu mau naik apa dulu, Shan?" tanya Amaya dengan sedikit menengadah ke kanan.

Setelah menjauhkan es krim dari mulut, Shankara menjawab, "Kalo kamu mau naik yang mana dulu?"

Amaya menggeleng. "Enggak tau, aku biasanya naik komedi putar."

"Kamu naik itu waktu pergi sama siapa?" Shankara mengerutkan dahi.

"Sendirian. Ini kali pertama aku pergi sama temen," sahut Amaya, lantas mengalihkan pandangan dan menatap lagi denah di tangan. Bisa dilihat dengan jelas oleh Shankara gadis itu tersenyum tipis.

Shankara melepaskan pegangan dari cardigan Amaya, kemudian meraih secara lembut jari kelingking gadis itu dengan miliknya. Sikap pemuda tersebut berhasil membuat Amaya menghentikan langkah, kembali menoleh dengan alis saling bertautan.

Meski sadar tengah dipandang, Shankara memilih untuk tidak membalas. Dia malah sibuk menjilat es krim cokelat di tangan kanannya, kemudian terus menatap sekeliling.

"Kamu tadi suruh aku pegang baju kamu biar enggak nyasar, 'kan? Aku takutnya nanti kelepas makanya pindah ke satu jari kamu, soalnya ini udah mulai ramai, Amaya," celoteh pemuda bertopi putih itu, lalu menurunkan sedikit pandangan ke kiri.

Amaya mulai menurunkan alis yang sebelumnya hampir bertautan. Mata indah itu fokus ke telinga Shankara yang tampak memerah pada bagian ujung.

"Beberapa hari ini kamu aneh, Shan. Dimulai dari dua minggu lalu di perpustakaan fakultas," komentar gadis tersebut, kemudian terus berjalan dengan membiarkan si lawan bicara menautkan jari kelingkingnya.

"Mungkin cuma perasaan kamu aja." Shankara bersuara, kemudian memakan es krimnya lagi.

Sambil terus melangkah, Amaya mengangguk beberapa kali. Dia melepaskan tautan jari dengan Shankara, melipat lagi denah tempat tersebut, lantas memasukan ke saku hoodie biru muda orang di sebelahnya.

Setelah melihat Amaya selesai dengan aksi menyimpan denah tempat, Shankara kembali menarik jari kecil gadis itu untuk ditautkan lagi dengan miliknya. Dia membuang stik es krim ke tong sampah ketika sekalian lewat menuju tempat permainan lempar bola ke botol.

Amaya melihat Shankara, lantas kembali memandang antrian para pengunjung stan yang ada di hadapan mereka lagi. "Kamu mau main ini, Shan?"

"Iya, kamu mau main juga?"

Pertanyaan tersebut dijawab gelengan oleh Amaya. Dia menunjuk ke arah penjual permen kapas yang berada tidak jauh dari tempatnya sekarang. "Saya mau beli itu," ucap si pemilik rambut lurus yang dikuncir satu itu.

"Selagi tunggu sampai giliran kamu main, saya beli itu dulu, ya. Kamu jangan ke mana-mana kalo udah kelar, tunggu saya di sana, ngerti?" Amaya mengalihkan telunjuk ke arah kursi panjang yang berada di sebelah stan permainan lempar bola ke botol itu.

Usai melihat Shankara mengangguk dan melepaskan jarinya, Amaya pun berlari kecil menuju tempat yang sebelumnya dia katakan, meninggalkan Shankara yang masih berdiri menatap sosok mungil berbalut cardigan abu-abu tua dan celana jeans longgar bewarna denim itu semakin menjauh. Bisa dilihat Shankara rambut Amaya bergoyang ke kiri dan kanan, membuat pemuda itu mendesis kecil.

Kenangan Bersama Hujan [Tamat]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora