Epilog

17 1 3
                                    

"Dewa Matahari, apa yang telah kamu lakukan?" tanya seorang pria yang mengenakan pakaian kimono Jepang, suara beratnya dipenuhi dengan ketidaksenangan. Dia menatap dengan penuh kecurigaan pada sosok misterius yang tersembunyi di dalam kegelapan.

"Tenanglah, aku hanya memberikan sedikit percikan sinar Matahari saat Milky dan ibunya itu sedang beradu kekuatan elemen api," jawab seorang pria lain dengan suara bariton yang menenangkan. Namun, setiap katanya terdengar sarat akan kejahatan. "Aku tak sabar untuk mengadu kekuatanku."

"Pangeran Matahari, aku tahu bahwa kamu adalah peringkat pertama. Tetapi, kita harus menjalankan tugas dengan hati-hati. Dewa Dimensi akan segera tiba dan membawa bahan-bahan untuk membentuk laboratorium sementara di bumi. Ingatlah, tugas kita di sini adalah memastikan bahwa Milky tidak akan terbunuh," kata pria itu dengan suara berat yang bergema. "Tantangan kita di sini adalah Rusia bersama Zorakinnya."

Dewa Matahari, yang disebut sebagai Pangeran Matahari itu, muncul dari dalam kegelapan. Tubuhnya terungkap dengan keindahan yang luar biasa, mengenakan pakaian Dewa Ra seperti yang ada dalam mitologi Mesir kuno. Wajahnya sangat tampan, rambutnya berwarna emas, dan senyumnya manis. Paha indahnya terlihat melalui celah pakaian, menunjukkan otot yang kuat. Dari pinggang ke bawah, ia memakai pakaian Dewa Ra yang indah dengan ornamen emas yang sangat menawan. Dengan itu, dia mempesona siapa saja.

"Hei, Dewa Kinesis, apakah kamu bisa melihat? Di sana, Milky berjalan meski tampak terhuyung-huyung, sih." Dewa Matahari menunjuk ke arah Milky yang berjalan sendirian di jalanan yang sepi. Kemudian, beberapa orang misterius dan sebuah mobil kontainer muncul, sepertinya berusaha menculiknya. "Eh, mengapa situasinya tiba-tiba berubah?"

"Kurang ajar!" Dewa Kinesis hendak pergi ke sana, tetapi Dewa Matahari menghentikannya. "Apa yang kamu lakukan? Milky adalah prioritas kita. Tuan Salvator pasti akan sangat marah dan mengamuk jika pria itu terbunuh!"

"Kamu terlalu khawatir. Lihatlah ke arah sana." Dewa Matahari menunjuk ke barat. Dari situ, terlihat dua orang wanita, yaitu Hannah dan Ammy yang muncul sambil berlari cepat, siap untuk menyelamatkan Milky yang telah dimasukkan ke dalam mobil kontainer. "Baiklah, sekarang ayo pergi dari sini!"

Dewa Matahari mencium pipi Dewa Kinesis. Kemudian, dengan senyuman yang lembut, ia mulai mengayunkan tangannya di udara dan menciptakan sebuah lubang portal berwarna hitam. "Dewa Dimensi memang terlambat, ya." Pada akhirnya, Dewa Matahari dan Dewa Kinesis memasuki portal tersebut dan menghilang di tengah-tengah kota Runville yang hancur dilanda tragedi.

" Pada akhirnya, Dewa Matahari dan Dewa Kinesis memasuki portal tersebut dan menghilang di tengah-tengah kota Runville yang hancur dilanda tragedi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bimasakti - Dark Beggining Of AllWhere stories live. Discover now