Bab 35

1 1 0
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Milky kembali berjalan sendirian di lorong-lorong yang tampak asing pada markas SCP Foundation, merasa sedikit tersesat di antara berbagai ruangan dan pintu yang saling berhubungan. Kegelapan menyelimuti sekelilingnya, hanya cahaya remang-remang dari lampu-lampu temaram yang menyoroti koridor. Keadaan suram dan misterius, menambah rasa cemas di dalam hati. Saat melewati ruangan yang terang benderang, Milky melihat seorang wanita duduk pada sebuah kursi kayu.

Milky memutuskan untuk bergabung dengannya. Namun, tiba-tiba sebuah tangan menyentuhnya dari belakang dan menyadarkan Milky dari hal apa yang menunggunya di depan. Milky seketika membeku, ia memerhatikan sesosok mengerikan di depan matanya. "Makhluk itu adalah entitas baru yang belum teridentifikasi, entitas itu tidak berbahaya, sih. Tetapi, tidak menutup kemungkinan jika dia akan menyerang seseorang. Para ilmuwan membiarkan dia berkeliaran di ruangan ini," ucap seorang wanita dari arah belakangnya.

Saat Milky mulai berbalik, matanya menjumpai Claren yang tersenyum malu. Claren bergegas pergi dan duduk pada kursi lain yang tidak begitu jauh dari keberadaan entitas baru itu. Hati Milky berdebar dengan cepat ketika dia memutuskan untuk mendekat dan duduk di samping Claren. Meskipun, suasana antara mereka terasa suram dan canggung setelah percakapan erotis yang terjadi beberapa saat lalu.

"Jadi, namamu siapa?" tanya Claren penasaran, suaranya bergetar sedikit.

"Aku adalah Milky Way," jawab Milky dengan tenang, mencoba mengabaikan kejadian sebelumnya. "Salam kenal, ya."

Tiba-tiba, wajah Claren terlihat begitu terkejut, ia menatap Milky dan dengan cepat dan melupakan tragedi erotis sebelumnya. "Jadi, kamu adalah senjata biologis itu?" tanya Claren dengan sangat bersemangat. "Sial, kelompok Ammy dan Hannah tampaknya berhasil menemukanmu. Sementara aku yang pergi ke laboratorium Moskow, hanya untuk menemui pertarungan hebat yang tidak terelakkan lagi." Claren mengungkapkan dengan rasa kecewa yang terpampang jelas pada wajahnya.

Milky menatap Claren dengan rasa penasaran yang memuncak. "Apa kamu datang ke laboratorium Moskow?" tanya Milky dengan rasa ingin tahu yang besar. "Apa yang terjadi di sana? Sudah lebih dari lima tahun sejak terakhir kali aku pergi ke laboratorium Moskow, bahkan aku belum pernah menginjak kaki di Rusia sejak saat itu"

Claren terdiam sejenak, berusaha mengingat apa yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Ia teringat ketika sedang mengadakan rapat bersama beberapa ilmuwan terkemuka, seperti Lina, Glen, Fredly, dan Dr. Bob. Mereka membahas sebuah informasi penting yang didapat dari mata-mata bahwa Bio Weapon yang sedang dikembangkan oleh pihak Rusia, kemungkinan sedang disembunyikan pada laboratorium Moskow ataupun berada di kota kecil bernama "Runville" di sudut California.

Dengan tekad yang sangat bulat, Claren langsung berkata, "Biarkan aku sendiri yang pergi ke laboratorium Moskow. Mempertimbangkan fakta bahwa laboratorium itu terletak di pusat kota Moskow, pasti akan sangat berbahaya. Aku yakin aku bisa menghadapi semua ancaman yang mungkin ada di sana. Oleh karena itu, aku menyerahkan kota Runville kepada Hannah dan Ammy. Mereka berdua adalah tim yang sangat kompeten meski kurang akur. Tetapi, aku bisa menjamin jika mereka pasti mampu dalam misi ini," ungkap Claren dengan begitu yakin di dalam suaranya.

Ketika sedang beristirahat di kamarnya, Claren menyadari sesuatu. Dengan napas yang teratur, Claren mencoba menenangkan diri saat ia membuka sebuah pesan pada ponselnya. Teks singkat dari Dr. Bob mengumumkan bahwa Claren telah ditugaskan untuk menyelidiki kota Moskow. Perasaan campur aduk mulai mencengkeram hatinya, antara rasa gugup dan kegembiraan. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan diri sebagai Agen tingkat tinggi yang handal, tetapi juga menjanjikan risiko yang tak terelakkan.

Mengenakan suatu topeng wajah yang memutarbalikkan identitasnya, Claren meninggalkan markas dengan paspor palsu di tangan. Dengan perencanaan yang teliti, Claren berhasil memasuki Rusia tanpa menimbulkan kecurigaan. Di dalam taksi yang membawanya ke pusat kota Moskow, Claren melihat pemandangan indah di sepanjang jalan. Langit biru terhampar bersama burung-burung merpati yang sedang berterbangan dengan bebas, sementara sinar matahari yang cerah dan hangat membangkitkan semangat jiwa Claren.

Namun, ketika kedua matanya sudah menangkap pemandangan gedung laboratorium Moskow yang menjulang tinggi dari kejauhan, perasaan gugup dan penasaran mengisi pikiran Claren. Gedung itu menjadi simbol untuk misi berbahaya yang sedang menantinya. Claren mencoba membuang pikiran negatif itu dan mulai berkonsentrasi terhadap tugas yang harus dilakukan.

Claren memutuskan untuk berhenti sejenak pada toko roti yang terletak di seberang gedung laboratorium itu. Saat memasuki toko roti, sambil menunggu seorang waiters mendatangi, Claren meletakkan pedangnya yang tertutupi sarung di atas meja makan. Pandangan anak kecil yang melihat pedang tersebut, membuat Claren tersadar akan kecerobohannya. Dengan gerakan cepat, Claren meletakkan pedang itu di samping pinggang rampingnya, dan menyembunyikannya di balik pakaian Coat panjang yang sedang dikenakan.

Setelah memesan sebuah roti unik khas Rusia, Claren duduk sendirian di sudut toko sambil menikmati rasa yang begitu enak. Mengunyah perlahan, Claren memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Wajah-wajah yang asing dan beragam melewati pandangannya, membuktikan tentang keberagaman kota Moskow. Claren menarik napas dalam-dalam, memutuskan bahwa tidak ada waktu untuk berlama-lama.

Dengan perut kenyang dan tekad yang diperbarui, Claren meninggalkan toko roti dan melangkah menuju gedung laboratorium Moskow. Kartu tanda pengenal palsu yang telah disiapkan dengan hati-hati, dipegang erat oleh Claren. Ketika Claren memasuki pintu masuk gedung, pandangan mata yang tajam dan wajahnya yang tenang menunjukkan rasa percaya diri yang dipaksakan. Claren melewati aula yang ramai dengan langkah-langkah mantap.

Claren mulai berjalan melalui koridor yang sunyi. Suasana tegang merayap, menggelayuti dirinya. Claren berjalan dengan percaya diri, menyusuri lorong-lorong kosong, hingga akhirnya sampai di depan lift yang menuju lantai tujuan. Ia menekan tombol 'Lantai 6' dengan jari-jemari yang gemetar, dan lift itu segera bergerak, membawanya ke suatu tempat misterius yang dituju.

 Ia menekan tombol 'Lantai 6' dengan jari-jemari yang gemetar, dan lift itu segera bergerak, membawanya ke suatu tempat misterius yang dituju

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bimasakti - Dark Beggining Of AllWhere stories live. Discover now