Bab 47

2 1 0
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Di dalam gedung laboratorium yang megah di kota Moskow, suasana terasa tegang dan penuh dengan kegagalan yang terpahat dalam setiap sudutnya. Anak-anak, bekas subjek eksperimen yang dipenuhi dengan ketidakpastian, mengisi ruangan itu dengan cahaya keputusasaan yang perlahan memudar.

Di tengah keramaian tersebut, Elena dan Kevin sedang duduk di atas sebuah kursi. Mata mereka saling memandang, menyiratkan kehampaan dan saling menyalahkan atas kegagalan yang telah mereka alami. Di antara mereka, ada suara hampa yang diabaikan, bisikan kegagalan yang tidak bisa terucapkan.

Elena, dengan kegelisahan mendalam yang membelit sanubarinya, akhirnya mengucapkan kata-kata dengan penuh kegusaran. "Kevin, mengapa kamu tidak bisa menggunakan pil Serum G1?"

Kevin, dengan ekspresi yang ganas, menjawab dengan nada yang tajam. "Sebenarnya, aku ingin menunjukkan kekuatan terbesar milikku tanpa harus bergantungan kepada pil Serum G1." Kevin menatap Elena. "Aku seharusnya bisa membunuh dia apabila kamu tak datang, dia menjadi mengerikan saat tergolak oleh emosi yang mendalam, dan aku tau, dia sangat membencimu."

Elena mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar, merenungi konsekuensi yang akan segera melanda mereka akibat kegagalan yang terjadi. Rasa bersalah dan frustasi memenuhi pikirannya, seperti awan gelap yang menggelayut di langit sukma mereka.

"Lambat laun, pemerintah Amerika pasti akan mengetahui keadaan hancur di kota Runville. Mengingat situasi perang dingin sedang buruk-buruknya, sepertinya pihak Amerika akan membuat spekulasi bahwa Rusia telah membombardir kota Runville." Elena menangis dengan wajah yang penuh penyesalan. "Seharusnya, aku tidak pernah memerintahkan kalian untuk menghancurkan kota Runville. Sialan, gara-gara penyakit di wajahku ini, aku tak bisa berpikir dengan lebih jernih."

Dalam keheningan yang terasa berat, gedung laboratorium itu menyimpan rahasia kelam. Suara langkah mereka yang terdiam, berpadu cocok dengan hembusan angin yang melintas di koridor yang sepi. Anak-anak subjek eksperimen, terkekang dalam eksistensi mereka yang tak berdaya, tak mampu mengubah takdir yang telah digariskan.

Di dalam laboratorium Moskow yang tertutup dengan rapat, keheningan menyelimuti setiap sudut koridornya. Namun, suasana yang damai segera terkoyak ketika suara derap langkah kaki mulai terdengar memekik di lorong-lorong tersembunyi. Kehadiran sosok yang tak terduga, menggetarkan seluruh ruang dengan rasa ketakutan.

Para peneliti, termasuk Elena dan Zorakin, Kevin, segera menundukkan kepala mereka di hadapan sosok yang tiba-tiba muncul. Sang Presiden Rusia, pemimpin dengan wibawa licik yang menggetarkan hati, telah memasuki wilayah mereka. Kehadirannya seakan melambangkan kekuasaan yang abadi, dan para peneliti merasakan tekanan yang begitu berat dari kehadirannya.

Dalam keheningan yang begitu tegang, Presiden mengungkapkan kata yang berubah menjadi belenggu bagi masa depan. "Kita bisa memutarbalikkan keadaan, dengan sempurna," ucapnya dengan suara licik yang meneguhkan.

Elena dan Kevin mendongak, matanya penuh rasa harap dan penasaran. Mungkinkah ada jalan keluar dari kekacauan yang mereka sebabkan?

Presiden Rusia melanjutkan dengan penuh keyakinan, mengungkapkan rencana yang mungkin bisa dengan mudah mengubah nasib mereka. "Kita dapat mengubah dinamika situasi ini, dengan menuduh pihak Amerika telah mencuri Bio Weapon milik kita dan menyembunyikannya di kota Runville. Sehingga hal ini menjadi masuk akal bagi semua orang apabila kota Runville mendadak hancur lebur, akibat ulah dari senjata ilmiah milik kita yang mereka sembunyikan di kota tersebut."

Elena dan Kevin langsung tersenyum gemilang, merasakan ketenangan setelah kecaman aura mengerikan dari Presiden Rusia. Namun, tanpa diduga, tangan Sang Presiden Rusia menyapu wajah Elena dengan suatu kekerasan yang menghantamnya. Elena terdiam, terkekang oleh kekuasaan yang tak adil.

"Kenapa kamu tak mampu mengambil kembali Bio Weapon milik kita? Bodoh! Alih-alih mendapatkannya kembali, kamu malah ingin membunuhnya. Dasar kau bodoh!" Presiden Rusia memarahi Elena dengan emosi yang meluap. "Baik, mulai besok, kita akan menggelar propaganda untuk mencari para sekutu. Aku akan mengakhiri peperangan dingin antar Negeriku dan Amerika. Bahkan, jika perlu, aku akan membangunkan sirine perang Galaksi."

Setelah mengucapkan ancaman tersebut, Presiden Rusia pergi menjauh dari Elena. "Perhatian harus difokuskan terhadap daya militer kita. Aku harus menghubungi panglima perang dari Arkins. Kita membutuhkan persediaan senjata dan sumber daya yang canggih untuk memulai perang bersama para sekutu," ujarnya dengan suara lantang.

Seorang ajudan yang selalu menemani Presiden, dengan suara yang gemetar mengungkapkan pikirannya. "Namun, Tuan. Beberapa perusahaan besar di Arkins-Rusia sedang menjalin suatu kerja sama dengan perusahaan besar di Arkins-Amerika." Kemudian, ajudan itu menundukkan kepalanya di hadapan Presiden. "Jika perang Dunia Ketiga dikumandangkan, bisa memicu perang Galaksi. Maka, perusahaan-perusahaan di dalam Negara berada dalam bahaya."

"Aku tahu hal itu," tegas Sang Presiden. "Keputusan ini pasti akan memiliki konsekuensi yang buruk. Namun, aku datang jauh-jauh dari Arkins-Rusia dan kembali ke planet bumi hanya untuk menangani ini. Mereka pasti sudah mengetahui bahwa senjata biologis kita hilang. Maka, aku takkan membiarkan dirinya jatuh ke dalam tangan mereka."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bimasakti - Dark Beggining Of AllWhere stories live. Discover now