Bab 4

42 28 54
                                    

•♡•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•♡•

Aku merasa berada di alam kematian. Tubuhku dikelilingi oleh hawa panas yang menjalar di setiap serat ototku. Detak jantungku berdenyut pelan, memompa darahnya dengan lambat yang bisa aku rasakan. Netraku terbuka lebar, tetapi hanya kegelapan yang memenuhi pandanganku, tanpa ada satu pun orang yang bisa menemaniku.

Aku merasakan sensasi yang luar biasa dengan napas yang terengah-engah dan tubuh yang terasa kaku. Pandanganku melayang dan aku melihat bayangan yang mulai tumbuh di dekat tubuhku, menggambarkan jejak hidupku yang tak teringat. Bayangan itu meluas dan perlahan mencapai telapak tanganku, mencerminkan segala mimpi dan ambisiku yang tidak pernah tercapai.

"Eh, Milky!? Dokter, cepatlah datang!" Mendadak, terdengar suara seorang wanita, penuh dengan kekhawatiran yang tulus. "Hei, Milky Way, tetaplah sadar, dokter akan segera tiba." Aku merasakan sentuhan hangat telapak tangannya yang lembut pada keningku.

"Uh, Ameena apa kamu sudah lihat ini. Para murid berandalan itu sepertinya telah ditangkap oleh pihak kepolisian tadi sore," ujar wanita lain, dengan suara yang lebih melengking. "Helo, Milky, cobalah untuk bangun sebentar dan melihat video penangkapan para berandalan, sambil meregang nyawa."

"Kau gila?" Terdengar suara tamparan.

"Bestie, kenapa kamu malah memukul wajahku, sih." Aku mengenali suara melengking ini, sepertinya dia adalah Resa. "Aku hanya mencoba membantu Milky untuk dapat sakaratul maut dengan lebih tenang." Tidak salah lagi, dia adalah Resa. "Aku ini baik hati, loh."

"Paling tidak, aku tak akan mati sebagai seorang perjaka." Aku bangkit dengan segala kekuatanku, menyentuh kasur yang empuk dengan kedua tangan, dan bersandar pada sandaran kasur yang cukup keras. "Hanya saja, aku tidak bisa melihat apa-apa sekarang," ucapku dengan marah, mengambil napas berat.

"Kamu masih perjaka?" tanya Ameena dan Resa bersamaan, merasa terkejut mendengar pernyataanku sebelumnya.

"Kalian bisa menggigit telingaku jika ingin membuktikannya—arrrgh!!" Tiba-tiba, rasa sakit menusuk telingaku, sepertinya salah satu dari mereka benar-benar menggigit telingaku saat aku sedang berbicara. "Kalian gila, ya?"

"Oh, lihatlah, telinganya memerah, dia memang masih perjaka," ungkap Resa.

"Serius? Apa kalian sama sekali tidak tertarik dengan masalah penglihatanku yang kacau ini?" protesku. "Aku hanya melihat kegelapan di sini, untungnya pendengaran aku tampaknya normal."

"Bersabarlah, dokter akan datang dan menanganinya," jawab Ameena, pelan.

"Aku tidak bisa bersabar," kataku.

"Kamu mau aku pukul?" tanya Resa.

"Aku tidak tahu kamu di mana," ujarku.

"Banyak omong kamu itu, ya," kata Resa sambil tertawa. "Tetapi, intinya sama saja, aku tidak tahu apakah kamu buta."

Bimasakti - Dark Beggining Of AllWhere stories live. Discover now