Bab 53

3 1 0
                                    

Ark 2: Tragedi di kota New York

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ark 2: Tragedi di kota New York

Bagian 3: Stryke

Bagian 3: Stryke

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~෴~

Pertarungan antara Claren dan Reina seakan mencapai puncak ketegangan. Di tengah medan yang bergemuruh dengan suram, Reina mengeluarkan kekuatannya yang menakjubkan, memunculkan badai halilintar yang membelah langit. Petir menyambar dan menghantam tubuh Claren dengan kekuatan yang menggetarkan jiwanya.

"Dengan begini, matilah kau!"

Namun, Claren yang masih tegar, dan tidak membiarkan raganya terguncang. Dengan pedangnya yang berkilauan indah, ia memusatkan keberanian dan mengayunkan senjatanya dengan kecepatan kilat. Pedangnya bersinar terang, menebas setiap serangan petir yang datang menghujam, menyebarkan Cahaya kecil membara di sekelilingnya. Setiap gerakan yang dilakukan oleh Claren penuh keanggunan, seperti tari alam semesta yang menolak kekalahan.

Lalu, tanpa memberikan sedikit waktu bagi Reina untuk bernapas, Claren meluncur maju dengan kecepatan yang luar biasa. Ia menyerang Reina dengan serangan beruntun, menebarkan kekuatan dan tekadnya yang membara. Pedang dan badai saling bersahutan, menciptakan kekuatan yang memukau.

Namun, Reina, yang tidak mengenal arti dari kata menyerah, menunjukkan kecerdikannya. Dalam sekejap mata, dia mematikan langkah Claren dengan gerakan yang seolah tumbuh dari suatu bayangan. Dalam serangan yang begitu kuat dan sangat tajam, Reina berhasil menjatuhkan Claren, mengirimkannya ke gedung dengan pukulan yang keras.

"Seranganku jauh lebih kuat dari yang sebelumnya," ungkap Reina dengan tatapan yang lirih. "Kamu pasti akan aku kalahkan dengan sangat mudah!"

Namun, takdir memiliki rencana lain. Seperti fénix yang bangkit dari suatu abu, Claren bangkit kembali dengan semangat yang lebih besar. Ia berdiri tegak, menghadapi badai petir yang melanda tubuhnya. Dengan penuh ketekunan, Claren menebas setiap serangan petir beruntun yang Reina hujamkan, menjadikan pedangnya sebagai tameng yang tidak terkalahkan.

Dalam sorotan mata yang membara, Claren mengepalkan tangannya erat di sekitar gagang pedangnya. Setiap serangan petir Reina yang ditujukan ke arahnya bertemu dengan pedangnya yang bersinar, mengirimkan percikan cahaya kecil yang mempesona. Claren berdiri tegar di tengah badai yang mengamuk dengan penuh keberanian, menunjukkan pada Reina bahwa dia takkan menyerah karena ancamannya.

Bimasakti - Dark Beggining Of AllWhere stories live. Discover now