BAB 15 Sesuatu yang Mengejutkan

Start from the beginning
                                    

"SENJA?" Kaget Embun melihat Senja yang sudah berada di depannya pagi ini.

"Embunn," ucap Senja dengan suara bergetar lalu menangis memeluk Embun.

"E-eh? Lo kenapa Nja?" Embun membalas pelukan Senja dan mengelus pundaknya agar sahabatnya itu merasa tenang.

"Mbun, d-dia jahat, d-dia seakan kasih h-harapan ke g-gue hiks,"

"Siapa Nja? Siapa yang jahat? Siapa yang udah bikin lo nangis? Siapa? Bilang ke gue, biar gue kasih pelajaran ke dia!"

"Fajar mbun, Fajar!" Ucapan Senja membuat Embun tersentak kaget.

"Fajar apain lo Nja? Dia jahatin lo? Biar gue kasih pelajaran ke dia Nja!"

"Fajar mau dijodohin sama ayahnya." terang Senja membuat Embun tercengang.

"A-apa?"

"Gue denger sendiri tadi apa kata ayahnya. Sakit Mbun." ucapan Senja membuat Embun membeku seketika. Ini yang akan Embun takutkan. Takut jika perasaan sahabatnya semakin dalam, itu akan menyakiti dirinya sendiri.

"Lo tenang dulu ya, lo duduk dulu biar gue ambilin minum!" Senja hanya menurut dan kini duduk di kursi ruang tamu rumah Embun.

Tatapannya sendu, suara-suara itu masih berputar di memorinya dimana perkataan terakhir yang Senja dengar bahwa Fajar menerima perjodohan itu.

Tak lama, Embun kembali dengan membawa segels air putih di tangannya. "Nih minum dulu,"

Senja menerima dan meminum setengah air tersebut dengan Embun yang mencoba menenangkan Senja dan bercerita secara perlahan.

****

Disisi lain, Fajar yang baru bertengkar hebat dengan ayahnya memilih keluar rumah, pikirannya kini sedang berkelana mengingat apa yang dikatakan oleh ayahnya.

"Oke, aku akan turuti kemauan ayah untuk sekolah ke luar negeri. Lebih baik Fajar jauh dari kalian dan semua orang daripada harus mengorbankan perasaan Fajar demi kepentingan ayah sendiri." ucapan Fajar membuat Artha terhenyak, tak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu.

"Baiklah kalau itu mau kamu! Setelah ujian kenaikan kelas, kamu akan ayah antar ke Jerman. Disana kamu akan tinggal bersama Om Angkasa. Untuk semua berkas dan keperluan kamu, ayah yang akan urus semuanya!" Ucap Artha dengan tegas lalu pergi dari hadapan Fajar.

Delapan bulan lagi ujian kenaikan kelas, berarti hanya ada waktu delapan bulan untuk Fajar bersama dengan teman-temannya, sebelum benar-benar pergi meninggalkan semuanya dan negara yang menjadi tempat kelahirannya.

Fajar berjalan hendak menaiki motornya, namun suara Pak Hermawan menghentikan langkahnya.

"ADEN!" Panggilnya sembari berjalan ke arah Fajar dan menyerahkan paperbag berwarna cokelat polos itu.

"Ini teh ada titipan dari teman kamu," Fajar mengernyitkan dahinya bingung.

"Dari siapa Pak?"

Sembari menyodorkan paperbag tersebut, Pak Hermawan menjawab. "Aduh, bapak teh lupa. Dia cewek, cantik, manis, imut gitu, yang dulu sering kesini sama pulang sekolah bareng aden itu kalo ga salah."

Senja?- Batin Fajar.

"Oh iya tadi bapak lihat, matanya merah kaya berkaca-kaca gitu. Gatau kenapa, mau bapak panggilin aden tapi dianya bilang gausah gitu katanya."

Apa dia dengar semuanya?

"Yaudah kalau gitu, bapak tinggal dulu ya den, masih banyak pekerjaan."

"Oh iya pak, terima kasih ya pak," ucap Fajar sembari tersenyum.

"Sama-sama atuh, kalau gitu bapak pamit dulu." Pak Hermawan berlalu pergi meninggalkan Fajar yang masih diam memandangi paperbag tersebut.

Dibukanya paperbag itu, berisi susu vanila dengan dessert coklat yang sepertinya menggugah selera siapapun yang melihatnya.

"Makasih bingkisannya, gue harap lo ga akan jauhin gue setelah ini." Gumam Fajar sebelum kemudian berlalu meninggalkan pekarangan rumahnya.

****

"Jadi gitu ceritanya, gue harus mundur atau gimana Mbun?" tanya Senja yang baru saja menceritakan semuanya pada sahabatnya.

"Lo tau siapa orang yang mau dijodohin sama Fajar?" Senja menggeleng sebagai jawaban.

"Lo masih punya kesempatan sebelum pertunangan itu terjadi Nja, tapi apapun keputusan elo gue bakal tetep dukung selagi itu baik buat diri lo Nja."

Ucapan Embun membuat Senja terdiam. Akankah Senja bisa bersatu dengan Fajar? Bahkan dilihat dari nama mereka saja sudah meyakinkan bahwa mereka benar-benar tidak akan bisa bersama.

Senja ada disaat Fajar sudah menghilang bukan? Begitupun Fajar, Fajar datang disaat Senja sudah tenggelam bersama malam.

****

SEJAJAR Where stories live. Discover now