"Ma, aku minta maaf." Yuniza menangis dan menunduk.

"Kenapa kamu minta maaf?" Tri menekan kuku-kukunya pada lengan Yuniza.

"Maaf, Ma." Yuniza coba menggeliat dan Tri semakin kuat memegang lengannya.

"Jangan minta maaf. Mama tanya, apa kamu berhubungan badan sama pria itu?!" Tri makin ngotot.

Yuniza mengangguk.

Yessy tak percaya. Dia ingin tidak mempercayai penglihatannya sendiri. Sukar dipercaya adiknya yang baik akan mengakui perbuatan terlarang tersebut.

Tri menyentak lengan Yuniza. Dia terjatuh ke lantai dan menangis meraung-raung. "Gimana bisa kamu sampai buta sama cinta, Nis? Kamu masih muda, jalan hidupmu masih panjang. Kenapa kamu sampai nekat melakukan ini? Tega kamu, Nis. Tega..."

Yuniza merosot ke sisi Tri. Dia menundukan badan. "Ma, Ninis minta tolong restui hubungan Ninis dan Mas Adnan. Tolong, Ma," mohonnya, tak kalah terisak-isak.

Tri menepuk bahu Yuniza. "Kamu bodoh banget, Nis. Bodoh." Kemudian Tri menarik Yuniza dalam pelukannya. "Apa kamu dipaksa?"

"Nggak, Ma. Aku cinta sama Mas Adnan."

"Yang kalian omongkan semalam itu bohong semua? Kalian benar-benar punya hubungan? Kenapa kamu bohong, Nis?"

"Aku nggak mau Mama kecewa, tapi aku tetap mengecewakan Mama. Maaf, Ma."

Ibu dan anak itu berpelukan sambil menangis. Keysha duduk di sisi mereka dan turut menangis. Yessy menyaksikan momen sedih antara ibu dan anak. Anehnya, firasatnya berbunyi beda dari suasana ini. Dia curiga. Ada sesuatu yang salah yang mengganjal di hatinya, tetapi dia belum yakin.

"Ma." Yuniza melonggarkan pelukan mereka. "Aku takut papa sakit kalo tahu."

Tri memukul bahu Yuniza. "Sudah tahu orang tuanya sakit, masih saja kamu tuh..." Tangis Tri kembali pecah.

"Ma, aku mohon maaf, aku salah, aku akui. Aku mau perbaiki kesalahanku."

"Gimana caranya?"

"Aku akan pisah dari Mas Adnan."

"Mana bisa?" Tri menyentak bahu Yuniza. "Laki-laki sudah ambil enaknya, malah kamu pisah. Kamu harus minta tanggung jawab. Gimana kalau kamu hamil?"

"Tapi, Ma..."

"Sudah, biar nanti Mama yang coba bicara ke papa. Kamu harus bawa Adnan ke rumah. Mama mau bicara ke dia sebelum dia ketemu sama papa." Tri mengelap wajahnya yang basah air mata menggunakan jari. Keysha menyambar tisu di meja kecil dan menyerahkan ke Tri.

"Ma, maafin aku," ulang Yuniza. Dia juga menerima tisu dari Keysha dan menggunakannya untuk membersihkan hidung.

"Udah, Mama nggak mau dengar omongan kamu lagi. Bawa Adnan ke sini. Mama mau bicara." Tri bangkit. Keysha segera membantunya. Mereka bersama-sama pergi ke kamar tidur di lantai satu yang ada di ujung ruangan.

Yuniza diam di tempat. Dia membersihkan hidungnya yang lebih banjir dari air matanya.

Yessy telah menunggu kesempatan berduaan dengan Yuniza untuk bicara. Dia memegang bahu Yuniza. "Apa benar kamu tidur bareng pria ini?"

"Kak, maafin aku."

Yessy menggeleng. Dia belum bisa percaya.

"Kak, apa Keysha udah menyampaikan permohonanku?" Yuniza berpindah duduk ke sebelah Yessy.

"Sudah."

"Kakak mau mengabulkan permohonanku, kan?"

"Itu permohonan yang aneh. Kenapa kamu minta Kakak selalu mendukung kamu? Apa yang mau kamu lakukan? Apa ini maksudnya?"

"Kakak percaya sama aku, nggak akan ada hal merugikan yang coba aku lakukan."

"Buat kamu, mungkin nggak merugikan. Bagaimana dengan orang lain?" Yessy mengatur emosinya. Dia tahu pentingnya bicara dengan tenang dan berpikir menggunakan kepala dingin. "Nis, apa yang coba kamu lakukan? Jujur, Kakak nggak percaya kamu akan berbuat sejauh itu sama seorang pria."

Yuniza tidak langsung menjawab. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke ruangan yang sepi. Yessy diam menunggu jawaban Yuniza. Dia adalah perempuan yang membawa karakter ayahnya yang tenang, berkebalikan ibunya yang mudah tersulut. Dia masih dapat menyikapi situasi ini dalam ketenangan.

"Aku suka sama Mas Adnan, Kak," kata Yuniza nyaris menyerupai bisikan.

"Suka bukan berarti harus berbuat sejauh itu. Kalian belum menikah. Kakak nggak peduli tentang gadis-gadis lain di luar sana yang sukarela menukar kegadisan mereka untuk membuktikan cinta. Kamu berbeda, Nis. Kamu tahu betapa berharganya kamu."

Yuniza tersenyum miris. "Kak Yessy." Dia memeluk Yessy. "Aku tahu Kakak akan selalu ada buat aku."

Yessy ingin kesal, tetapi dia lebih menyayangi Yuniza. Dia memeluk balik adiknya. "Kakak harap apa yang coba kamu lakukan ini nggak akan membuat kamu menyesal. Kakak mau kamu hidup baik-baik."

"Aku harap begitu juga."

###

19/04/2024

halooo...

apa kabar? semoga sehat selalu.

aku senang bisa balik lagi ke sini. sekangen itu aku nulis lagi. semoga kalian belum lupa sama eksistensiku yang seksi ini hohoho...

jaga kesehatan dan makan tepat waktu.

thank you dah mampir. wo ai ni

Grapefruit & RosemaryWhere stories live. Discover now