17

3.9K 617 49
                                    

"Akbar, jangan becanda." Adnan adalah orang pertama yang menarik tali kesadaran di antara mereka yang terkejut. Pria itu maju melewati Reyyan, Faris, Keysha, dan Deyon yang masih memerlukan waktu menerima 'bom' Akbar.

"A-ayah?" Akbar menoleh. Wajahnya berubah seketika. Itu adalah ekspresi campur aduk yang sulit dipahami.

Yuniza menggigit bibir bawahnya. Dia mendapati aura Adnan gelap dan menakutkan. Kakinya spontan mundur selangkah, seakan ingin menghindari Adnan. Ketika tangan Akbar yang memegangi lehernya mendadak dingin, muncul secuil keberanian untuk melindungi. Tatapannya naik penuh tekad. Dia menantang intimidasi yang Adnan pancarkan.

"Akbar, turun dan minta maaf ke Kak Yuniza. Kamu nggak boleh bicara sembarangan begitu." Suara Adnan didominasi nada tegas beriringan wajahnya yang dingin.

"Nggak mau." Akbar menyembunyikan wajah. "I told you I want her. I want her."

"Akbar, berhenti merengek. Yang kamu minta bukan mainan. Turun sekarang!" Adnan memberikan penekanan pada perintah di ujung ucapannya.

Akbar menggeleng. "You didn't listen. You never listened."

Yuniza dapat merasakan blus sebelah kanannya basah. Air mata Akbar adalah penyebabnya. Dia menepikan kondisi pakaiannya dan berfokus pada Adnan. "Biarin Akbar sama aku. Dia lagi emosional. Pasti susah buat dia nurut sama kamu," kata Yuniza menengahi.

Adnan menatap Yuniza datar saat menyahut, "Sekarang atau nanti, Akbar harus tahu permintaannya nggak akan terkabul. Tolong turunkan anak saya." Adnan merentangkan tangannya menggapai badan Akbar.

Bocah itu memberontak dan kian menguatkan pelukannya. "NO!"

"Akbar, be a good boy."

"No. I want her."

"Akbar."

"Mas, udah biarin dulu."

Usaha Adnan mengambil Adnan terhenti karena Yuniza memutar badannya dan menjauhkan Akbar dari jangkauan Adnan. "Akbar butuh waktu buat tenang."

"Yah." Reyyan menepuk bahu Adnan dan menggeleng.

Adnan mendengkuskan kekesalan pada Akbar. Kedua tangannya bertolak di pinggang.

Keysha mendadak maju dan membuat kerusuhan baru. "Mas Adnan, Akbar itu lagi sedih karena kamu dan Yuniza putus. Di sini, yang terluka itu bukan cuma kalian. Kita bisa paham kalo Mas Adnan nggak mau ketemu Yuniza lagi, tapi Akbar juga sedih karena nggak bisa jadiin Yuniza mamanya."

Adnan membelalak. Badannya sedikit tersentak akibat terkejut oleh serangan Keysha.

Di sisi lain, mulut Yuniza megap-megap menonton aksi keponakannya. Badannya segera menyenggol lengan Keysha supaya kegilaan ini dihentikan.

Keysha menoleh. Air matanya menggenang dan wajahnya memerah. "Udahlah, Za, kamu nggak usah terus-terusan bela cowok ini. Kamu itu dibutakan cinta. Gimanapun dia harus tahu kalo kamu lagi mengandung anak dia." Keysha menutup wajahnya dan menangis tergugu hingga badannya limbung.

Deyon menangkap badan kekasihnya. Pemuda itu beresonansi dengan kegilaan sang pacar. "Za, kami tahu kalian salah paham selama ini. Kami udah nahan diri. Key sedih tiap ngomongin lo. Sebagai sahabat lo, gue nggak bisa terus diam ngelihat lo bakal berjuang sendirian membesarkan anak itu. Mending..." Deyon mendelik pada Adnan. "Cowok ini tahu sekarang. Mau dia terima anak ini atau nggak, lo nggak harus nunggu dia. Kalo dia nggak mau terima lo dan anak lo karena hasutan tante jahat itu, lo nggak perlu terus berharap sama cintanya."

Mata Adnan nyaris keluar dari tempatnya. Mulutnya dibuat sulit berkata-kata.

"Ayah?" Reyyan memandang Adnan menuntut penjelasan.

Grapefruit & RosemaryWhere stories live. Discover now