2

4.6K 555 9
                                    

"Mau ngumpul di apartemen Celine. Ikutan yuk, Za!"

"Sebentar." Yuniza mengambil ponsel dari saku celana jinsnya yang longgar.

Ada pesan masuk.

Halo. Saya senang bisa berkenalan dengan kamu. Bisa kita bertemu langsung?

Astaga!

Balasan pesannya telah datang.

Yuniza menangkap lengan Vio. Sebelumnya, Vio yang sudah memberinya saran bagaimana baiknya dia mengirim pesan pada orang asing untuk berkenalan. Dan kini, dia sangat ingin membagikan kabar bahagia ini.

"Kenapa?" Vio mengerutkan dahi.

"Balasannya datang. Lihat ini." Yuniza membalik ponselnya menghadap Vio.

Alih-alih turut bergembira, Vio malah bermuka serius. "Bahasanya kaku banget," komentarnya.

Yuniza membaca ulang pesan tersebut. Kegembiraan telah menolak segala kecurigaan. Dia tersenyum sambil mengangkat bahu dengan tak acuh. "Mungkin dia biasa bahasa formil untuk ngomong ke orang yang baru dikenal," sahutnya dengan santai.

"Iya sih, tapi..." Vio menggeleng buru-buru. "Whatever lah. Selamat sudah dapat balasannya. Mau dibalas gimana?"

"Tentu saja gue terima ajakannya. Karena itu, kan, alasan gue kenalan." Yuniza tersenyum sembari berjalan ke tepi lorong. Kampus ramai oleh mahasiswa yang baru menyelesaikan kelas sore. Yuniza menghindari dirinya dari bahaya ditabrak orang yang berjalan di belakang atau mengganggu pejalan dari arah sebaliknya. Vio mengikutinya.

Vio diam memerhatikan. Timbul kerut di antara kedua alisnya. Yuniza tenggelam dalam fokus merangkai kata saat mengetikan sejumlah huruf lewat ponsel. Dia tidak memerhatikan perubahan wajah temannya.

"Kalau balasnya begini, bagaimana?" Yuniza menyodorkan kembali layar ponselnya.

Vio membacanya cepat dan mengangguk. "Boleh juga."Ljr

"Oke, aku kirim." Yuniza bersemangat menekan ikon kirim.

Pesan itu terkirim sempurna kurang dari sedetik. Rona wajah Yuniza memerah. Ada gelitikan yang sulit ditekan dari dalam diri. Barangkali dia akan sukses mendapatkan suami. Meski pada sorot matanya hadir kesedihan. Dia akan melepas masa lajang untuk alasan yang jauh dari bayangan. Siapa perempuan muda yang terburu-buru mendapatkan suami supaya keponakannya dapat melenggang ke pernikahan?

Andai saja semua ini bohong, Yuniza rela sujud syukur di depan Keysha.

"Ada sesuatu?" Vio mengamati.

Yuniza segera menggeleng. Dia mengurai senyuman lebar yang kosong. "Tadi lo ngajak ke mana?" Dia mengalihkan.

"Ke apartemen Celine. Dia cuma punya kelas pagi. Dia minta kita ke sana."

"Bukan karena dia putus lagi sama cowok fakultas hukum terus mau curhat, kan?"

"Gue nggak tahu." Vio mengangkat bahu sambil membuang pandangan ke samping.

Yuniza mengenal kebiasaan Vio yang cuek. Mereka berteman saat satu kelas yang sama di semester pertama. Awalnya, Yuniza merasa Vio adalah sosok yang dingin. Ternyata Vio adalah perempuan yang paling tidak mau ikut campur urusan orang lain. Dia tidak akan bertanya kecuali ditanya. Dan dia tidak akan mau repot-repot membicarakan orang lain, sekalipun dia tahu rahasia orang tersebut. Jika diringkas, Vio adalah tempat curhat idaman cewek-cewek. Dia tidak suka menggurui dan dapat menjaga rahasia.

Menakjubkan Yuniza bisa berteman dengan Vio. Dia yang memulai pembicaraan lewat pertanyaan sederhana mengenai catatan kelas dan mereka melanjutkan kedekatan itu setelah Vio mengenalkan Celine. Vio dan Celine berasal dari SMA yang sama. Celine memiliki perangai ceria dan supel. Dengan cepat Yuniza akrab dengannya. Itulah bagaimana segitiga pertemanan mereka dibangun.

Grapefruit & RosemaryWhere stories live. Discover now