26

2.9K 595 44
                                    

"Kak Dira..." Akbar meronta sampai Adnan kewalahan dan menurunkannya. Bocah itu berlari. Reyyan menangkapnya sebelum menabrak Dira, lalu mengangkatnya ke gendongan.

"Abang..." Dia memeluk leher Reyyan, menempelkan mukanya ke bahu abangnya, dan menangis.

"Kenapa?" Reyyan muncul belakangan. Dia tidak memahami penyebab atmosfir di ruangan begitu berat. Ketika dia menyisir pandangannya dan berhenti di sosok asing dekat meja makan, dia mulai berasumsi. "Kenapa ada kakak ini?" tanyanya dengan kehati-hatian pada Adnan.

"Kak Yuniza ke sini untuk menjenguk Akbar. Sekarang, Kak Yuniza mau pulang." Adnan melirik Yuniza dan mengangguk kecil.

Jika Reyyan adalah anak kecil berumur enam tahun, dia pasti melewatkan kode singkat yang ayahnya berikan ke Yuniza. Ayahnya menyembunyikan sesuatu dan tergesa-gesa mengusir secara halus tamu di rumah mereka.

Ada sesuatu, pikir Reyyan. Tamu mereka pasti mengetahui sesuatu.

"Ayah punya pacar?" Dira bertanya ragu-ragu.

Reyyan menoleh. Dia luar biasa terkejut. "Apaan sih?" Dia menyenggol lengan Dira dan melotot untuk meminta adiknya diam. Ada tamu dan bukan waktunya bertanya sesuatu yang konyol.

"Ayah punya pacar, Bang!" Dira berubah seketika. Anak itu gemetar dan tak terkontrol. "Itu pacarnya Ayah!"

"Dira, Ayah dan Kak Yuniza bukan pacar." Adnan menghampiri.

"Ayah sama Kak Yuniza putus. Nggak dibolehin nikah!" raung Akbar.

Anak itu frustasi. Reyyan bisa melihatnya. Ada saat-saat di mana Akbar kesusahan mengontrol ledakan emosi, salaj satunya saat ini, ketika adiknya meraung. Reyyan tidak suka berurusan dengan Akbar yang merengek. Apa pun yang dia katakan tidak masuk telinga Akbar dan malah buang-buang tenaga. Namun dia tidak bisa menyerahkan urusan Akbar ke orang lain. Padahal dia butuh mendengar masalah apa yang Dira lempar ke ruangan.

"Ayah bisa jelaskan ke kalian. Akbar salah paham."

"Why you don't like Kak Yuniza? She likes you. She loves you. You must marry her." Lagi-lagi Akbar menyela.

"Akbar, kamu salah paham. Ayah dan Kak Yuniza nggak punya hubungan sampai kami mau menikah."

"Because you're broken!" Akbar menangis tambah menjadi. Reyyan perlu menjauhkan kepala demi menyelamatkan gendang telinganya dari suara nyaring Akbar.

Wajah Dira sudah pucat. Bahunya turun membuat tas punggungnya jatuh ke lantai dengan suara BUK yang nyaring.

Sumpah, Reyyan serasa meniti tali di atas jurang. Di kanan dan kirinya, adik perempuan dan adik laki-lakinya menunjukkan emosi yang labil sementara dia sendiri membutuhkan penenang (dibaca; penjelasan) atas kabar ayahnya dan seorang gadis muda.

"Dira, dengarin Ayah. Jangan begini." Reyyan memblok jalan Dira yang hendak kabur. Dia terlalu mengenal adiknya dan bisa memprediksi tindakan apa yang akan diambil Dira.

"Baaang." Mata Dira memerah.

Reyyan mengangguk sekali. Dia menggunakan tangan kanan untuk menopang Akbar, lalu tangan kirinya merangkul bahu Dira supaya berbalik badan. "Nggak apa-apa," bisiknya lembut.

Dira menatap Adnan agak tajam. Bibir bawahnya digigit.

Reyyan mengapresiasi usaha Dira untuk bertahan dan mencari tahu. Dia menepuk bahu Dira ringan untuk menunjukkan dukungannya. Sekarang tinggal bagaimana ayahnya akan menjelaskan situasi ini. Seingatnya, Adnan sudah menegaskan hubungan mereka, tetapi kenapa ada gadis itu di sini? Apakah ayahnya berbohong?

"Permisi." Yuniza mendekat perlahan. "Boleh saya bantu menenangkan Akbar. Kalian bisa bicara lebih tenang."

Reyyan ingin menolak tawaran itu. Memangnya siapa yang membutuhkan bantuan orang asing untuk menjaga adiknya. Dia bisa kok, cuma agak sedikit pegal saja karena menggendong Akbar pakai satu tangan. Tangan kirinya turun dari bahu Dira. Namun Dira malah menangkap lengan kirinya yang hendak dia pakai untuk mengurangi beban tangan kanannya.

Grapefruit & RosemaryWhere stories live. Discover now