8

3.7K 615 71
                                    

Terlalu marah.

Itulah yang Yuniza rasakan. Dia telah bekerja keras sepanjang akhir pekan untuk menyusun rencana pendekatan ke Adnan. Dia juga susah payah mengatur waktunya supaya sempat memasak untuk dikirimkan ke Adnan di saat jadwal kuliahnya tengah padat menjelang UTS. Dan apa yang pria itu lakukan? Dia berbohong. Lokasi tujuan masakannya bukanlah tempat kerja Adnan.

"Lo marah karena dibohongi atau lo marah karena masakan lo bisa jadi salah alamat?" Deyon bertanya di sela-sela suapan pempek.

Yuniza mendelik, tapi bibirnya kelu untuk menangkis tebakan Deyon sebab keduanya benar. Dia balik menatap garang piring pempek di hadapannya yang belum tersentuh.

Keysha menyenggol Deyon dan memberikan lirikan memperingati. Dia sudah bersusah payah mengajak Yuniza keluar dari kamar setelah mendekam akibat syok yang diterima usai pulang dari kantor fiktif Adnan. Dia berusaha memperbaiki mood Yuniza dengan membawanya ke rumah makan pempek favorit mereka sejak kecil.

"Gue harus tahu di mana cowok ini kerja," gumam Yuniza. Tangannya mengepal ketat sendok seakan sendok itulah pelaku sakit hatinya.

"Kamu punya cara?" Keysha bersemangat.

Yuniza tersenyum miring. Sepanjang hari mendekam dalam kamar, dia memanfaatkan waktunya untuk menjadi ahli nujum. Dia mengangkat ponsel dan menunjukkan layarnya pada Keysha dan Deyon yang duduk di seberang meja.

"Linkedin?" Deyon bertepuk tangan. "Cerdas banget lo!"

Keysha membelalak terpukau. "Kamu kepikiran nyari data diri Adnan di situ?"

"Aku nggak bisa berdiam diri aja setelah dibohongi." Yuniza kembali merasakan kegetiran itu. Dia sempat berbesar hati bakal diterima Adnan sebab setiap kali dia bertanya soal makanan kirimannya, Adnan selalu menjawab 'Sudah sampai. Thx.' lewat pesan singkat.

Yuniza salah sudah percaya diri bisa menggaet Adnan. Dia bahkan mengubah gaya rambutnya secara permanen di salon untuk memberinya kesan lebih dewasa. Pada dasarnya Yuniza memiliki rambut panjang lurus. Dia mengganti gayanya menjadi setengah bergelombang. Dia juga membeli beberapa pakaian yang dinilai lebih dewasa. Harapannya besar Adnan akan menyukai penampilannya dan tidak mendebat soal umur lagi.

"Lo mau nyamperin cowok ini terus ngelabrak dia?"

Yuniza meletakan ponselnya menghadap bawah. Dia menusuk pempek dengan keras. "Gue mau ngasih kejutan."

"Wow." Deyon melirik Keysha. "Gue siap jadi sopir."

"Itu emang kewajiban lo." Yuniza berdecak. Kalau bukan karena keteledoran Deyon, dia tidak perlu bertingkah gila mengejar pria asing untuk dijadikan suami.

"Kapan kamu mau ke sana?" tanya Keysha.

Kedua tangan Yuniza bertautan dan dijadikan tumpuan dagu. Dalam tekad yang baru kali ini dia miliki, dia menjawab, "Aku harus menyiapkan sesuatu. Setelah persiapanku selesai, aku kasih tahu kapan bakal ke sana."

Keysha mengangguk singkat. Matanya melirik sekilas ponsel Yuniza dengan sepasang alis bertaut. Ada keraguan tercetak di keningnya.

MoM

Adnan tersentak melihat rangkaian bunga dalam pot besar berlapis kertas metalik di mejanya. Dia mundur dan berbalik ke Gita yang meja kerjanya persis di depan ruangannya. "Itu ... dari mana?"

"Saya terima pagi ini. Ada nama pengirimnya dan ditujukan untuk Bapak." Gita segera bangkit dari kursinya. Dia mengikuti Adnan yang masuk ke ruangan. "Saya sudah cek ke sekuriti yang menerima, menurut kurirnya dia juga kurang tahu siapa yang mengirimkan karangan bunga ini."

Adnan memerhatikan karangan bunga itu. Bunga peony dan baby breath artificial yang dipadu permen-permen berbentuk bintang warna merah serta kukis jahe beruang. Firasat Adnan meruncing. Dia menyambar surat yang ditancap di belakang kukis. Kemudian menoleh ke Gita. "Apa kamu baca isi amplop ini?"

Grapefruit & RosemaryWhere stories live. Discover now