29

495 95 9
                                    

"Kak Jeka, sunset itu apa?"

Jeka menghentikan makannya saat Lalisa mengajaknya berbicara. "Sunset itu peristiwa matahari terbenam. Ketika sunset terjadi, langit akan berubah warna menjadi oren."

"Waah. Nanti, saat Kak Jeka mengajak Lisa pergi ke pantai akan melihat itu?"

Jeka mengangguk. Menatapi gadis itu terkekeh geli. Mentang-mentang gadis itu sudah selesai makan, jadi mulai banyak bertanya kembali.

"Apa yang Kak Jeka lakukan tadi saat melihat sunset bersama teman perempuan Kak Jeka?"

Uhuk!

Jeka tersedak mendengar pertanyaan ingin tau bocah cilik di depannya ini.

"Sudah Kakak bilang jika Kakak melihat sunset dengan banyak orang, tidak hanya dengan teman perempuan saja."

"Pasti Kak Jeka juga melakukan hal yang romantis pada perempuan tersebut."

Jeka terperangah. Walaupun Lalisa berkata lirih namun ia masih mendengarnya.

"Hanya menonton sunset saja, terus mengantarnya pulang. Hanya itu saja." Jeka mengangguk yakin, tapi setelahnya ia mengedip cepat. "Eh, tapi iya juga tadi bergandengan tangan dan menciumnya sebentar." Jeka mengucapkan kalimat terakhir dengan lirih ketika mengingat-ngingat kembali momen tadi.

"Lisa masih mendengarnya, Kak Jeka."

Tatapan Lisa menajam. Ia hanya merasa cemburu saja ketika Jeka berbuat romantis dengan perempuan lain. Terlebih lagi sampai melupakan janjinya tadi hingga membuat dirinya menunggu hampir setengah jam.

Lalisa merupakan tipikal manusia yang mudah cemburu. Bahkan ketika dulu melihat kakak kandungnya dekat dengan perempuan lain ia pun akan mengomel.

"Apa nanti ketika Lisa diajak ke pantai juga akan diperlakukan romantis seperti itu?"

Jeka menarik napas panjang. Ia memandangi Lalisa dengan kepala yang sudah mulai berdenyut.

"Iya, nanti Kak Jeka akan menggandeng tangan Lisa juga agar Lisa tidak hilang diculik orang."

"Kak Jeka juga akan mencium Lisa?"

Uhuk!

Lagi, Jeka tersedak, kali ini tersedak minuman. Mengapa sih Lalisa selalu melayangkan pertanyaan di waktu yang tidak tepat.

"Iya, Lalisaaa." Jeka menyanggupi. Ia berpikir bahwa hanya menyium kening Lalisa tidak akan menjadi masalah. Karena ia pun sudah sering menyium kening bocah tersebut ketika merasa gemas dengannya, ya walaupun tidak sering sih. Hanya beberapa kali saja.

Ya bagaimana pun ia sudah merasa nyaman dengan Lalisa. Dan sudah menganggapnya seperti adik sendiri. Sama halnya dengan Alya, ia pun selalu melayangkan ciuman di kening adiknya itu ketika merasa gemas oleh perlakuannya.

"Huh, pasti berbohong."

"Apanya yang berbohong?"

"Kak Jeka tidak mungkin melakukan hal seperti itu kepada Lisa."

"Tidak berbohong, Kak Jeka berjanji kok."

Untuk menghindari perdebatan berkelanjutan, setidaknya Jeka harus cepat-cepat meng-iyakan segala kemauan Lalisa. Terkadang hanya dari perdebatan kecil seperti ini akan membuat dampak yang lebih besar. Seperti gadis itu yang akan merajuk padanya sampai berhari-hari.

97 High School || LK ft 97LWhere stories live. Discover now