09

719 130 12
                                    

Setelah memberhentikan motor pada halaman rumah, Wino melangkah masuk pada rumahnya-- yang kata orang-orang rumahnya seperti tidak berpenghuni.

Memang benar jika di dalam rumah ini, tidak ada pembantu, tukang kebun, atau satpam satu pun. Tak heran jika rumahnya ini terlihat sangat sepi. Belum lagi ibunya yang di rawat di rumah sakit dan ayahnya yang sibuk bekerja, katanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Wino kembali ke rumah setelah mengurus ibunya di rumah sakit.

Cklek!

Ketika Wino berhasil membuka pintu rumahnya, sontak langkahnya langsung terhenti. Ruang tamu yang bisa dilihat langsung dari depan pintu, membuat Wino bisa melihat dengan jelas pemandangan yang akhir-akhir ini ia benci.

Wino menunduk dalam. Tangannya mengepal dengan erat. Berapa kali Wino menghembuskan napasnya untuk menahan emosi yang mulai menyuluti dirinya.

Setiap Wino baru saja kembali dari rumah sakit setelah menjaga ibunya, ia selalu melihat pemandangan tak menyenangkan di rumahnya seperti ini.

"Sudah ku katakan, jika ingin melakukan perbuatan dosa jangan disini, brengsek!" Wino menatap tajam pada ayahnya yang sedang bercumbu pada wanita lain di sofa ruang tamu rumahnya.

Alasan Wino jarang berada di rumahnya adalah karena ini. Wino sudah lelah. Mengapa? Beberapa bulan akhir ini keluarganya menjadi hancur seperti ini.

Wino melangkah tegas menghampiri presensi ayahnya dan wanita tersebut. Ini bukan pertama kalinya kejadian seperti ini terjadi. Semenjak ibunya mengalami kecelakaan mobil empat bulan yang lalu, ayahnya mulai berubah.

Hal tercengang yang bahkan baru Wino ketahui adalah bahwa ayahnya ini sudah berselingkuh hampir satu tahun. Wow, hebat sekali bukan? Bahkan pria brengsek itu sudah berhasil mengelabuhi istri dan anaknya sendiri.

"Siapa yang mengizinkanmu masuk ke dalam rumah ini?" Pertanyaan menusuk itu Wino layangkan untuk wanita selingkuhan ayahnya.

Bukannya menjawab, wanita tersebut memeluk lengan ayah Wino dengan wajah dibuat memelas. Ck, Wino yang melihatnya ingin muntah.

"Wino, urusi saja masalahmu sendiri!"

Kedua alis Wino menukik tajam mendengar suara bentakan dari ayahnya.

"Kau juga urusi rumah tanggamu sendiri dengan benar."

Plak!

Wino menggigit bibir bawahnya setelah mendapat tamparan keras dari ayah kandungnya sendiri. Perlu diingat lagi, jika kekerasan semacam ini sudah Wino dapati sejak bulan lalu. Bahkan biasanya lebih parah dari ini.

Kekesalan pada ayahnya yang selama empat bulan di pendam nampaknya sudah tak bisa Wino bendung lagi.

Bugh!

"Ibu sedang sekarat! Dimana letak hati nuranimu, brengsek? Dimana janjimu yang mengatakan akan selalu berada disisi ibu apapun keadaannya?!"

Wajah Wino memerah. Dadanya terlihat naik turun setelah mengutarakan kalimat seperti tadi. Tidak pernah dalam hidupnya berkata keras seperti ini kepada ayahnya. Tapi untuk kali ini, biarkan Wino melakukannya.

Bugh!

Ayah Wino membalas memukul wajah sang anak. Ia merasa terkejut saat Wino berani berbuat kasar kepadanya.

"Urus saja ibumu sendiri. Ayah sudah tidak peduli!"

Prang!

Ayah Wino melempar gelas pada lantai sebelum pergi keluar rumah bersama selingkuhannya. Beling itu berserakan di dekat kaki Wino. Setelah melihat ayahnya pergi, Wino hanya bisa menunduk memerhatikan pecahan gelas tersebut dengan nanar.

97 High School || LK ft 97LOù les histoires vivent. Découvrez maintenant