23

569 95 19
                                    

Jeka Drama Yaksa merupakan seorang pemuda berusia tujuh belas tahun. Jeka merasa hidupnya tak ada masalah sampai sejauh ini. Walaupun kini Ibunya tengah di rawat di sebuah rumah sakit, Jeka masih tak terlalu merasa sedih karena keadaan Ibunya pun masih baik-baik saja.

Banyak yang mengatakan hidup Jeka itu sangat sempurna. Di mana pemuda tersebut berada di keluarga yang selalu mensupport segala hal yang ingin dilakukannya. Bahkan kedua orangtuanya benar-benar menyayanginya.

Menjadi murid pintar dan memiliki banyak prestasi pun membuat pemuda tersebut benar-benar terlihat sangat sempurna.

Terhitung sudah dua hari, Ibunya di rawat di rumah sakit. Membuat ia selepas pulang sekolah selalu berkunjung ke rumah sakit untuk bergantian dengan Ayahnya menjaga sang Ibu.

Hari ini, di sore hari tepatnya pada pukul empat Jeka memarkirkan motor pada parkiran rumah sakit. Di tangannya terdapat sebuah boneka beruang berwarna pink dengan ukuran sedang yang merupakan milik Alya, sang Adik.

Mendapatkan sebuah telepon dari Ayahnya tadi untuk mengambilkan boneka milik Alya yang berada di rumah membuat Jeka hanya bisa menggeleng saja. Akhirnya sebelum ke rumah sakit, ia harus pulang ke rumah dulu untuk mengambil boneka milik Alya.

Di lorong rumah sakit, Jeka berjalan dengan memainkan ponsel karena ia sedang membalas chat dari temannya yang menanyakan tentang kerja kelompok untuk membuat tugas makalah.

Banyak orang mengatakan jika berjalan sembari memainkan ponsel itu sangat tidak baik. Banyak kejadian buruk yang pastinya akan terjadi. Jeka seharusnya mengingat itu. Bahkan Ibu nya berulang kali selalu memeringati akan hal itu.

Bruk!

"Aw!"

Merasakan tubuhnya menabrak seseorang serta mendengar dengan jelas jeritan kesakitan itu, membuat Jeka menoleh dengan panik. Ia segera mengantongkan ponselnya dan bersimpuh untuk memeriksa keadaan seorang bocah yang baru saja ia tabrak tadi.

"Ish, jangan mentang-mentang Lisa kecil, kamu tabrak gitu aja dong!"

Jeka mengerjap ketika bocah itu memprotes dengan menatapnya tak santai. Uluran tangannya masih tak dihiraukan olehnya karena bocah itu merasa kesal telah ditabrak begitu saja.

"Kalau jalan lihat ke depan. Memang tidak melihat apa Lisa sudah berdiri di situ dari tadi!" Bocah itu kembali mengomel membuat Jeka meringis. Anak kecil cerewet. Mulutnya sudah pandai sekali mengomel seperti itu.

Jeka menggaruk kepalanya bingung. Padahal tangannya sudah diulurkan untuk membantu bocah itu berdiri tapi tidak juga diterima.

"Iya, iya, Kakak minta maaf ya."

Bocah itu mendecih. Ia membangunkan tubuhnya sendiri tanpa menerima uluran tangan dari Jeka. Sedangkan Jeka sendiri masih bersimpuh agar tinggi badannya bisa sejajar dengan bocah itu.

"Kalau saja Kak Yoni melihatnya, pasti kamu udah dipukul sama Kak Yoni."

Jeka menipiskan bibirnya. Ia menahan tawa karena sedari tadi bocah di hadapannya ini tak mau berhenti mengomel. Padahal ia juga sudah minta maaf tadi.

Jeka membiarkan bocah itu terus mengomel sampai di mana akhirnya berhenti sendiri. Mungkin merasa lelah, lagipun Jeka hanya diam saja tak membalas omelan itu.

"Sudah berhenti mengomelnya?"

Jeka terkekeh ketika melihat sang gadis membuang muka dengan wajah menahan kesal.

"Sekali lagi Kakak minta maaf ya. Iya, Kakak salah kok tadi jalannya tidak melihat ke depan." Masih melihat gadis itu terdiam, Jeka mengulurkan tangannya untuk mengambil sesuatu pada saku celananya. "Sebagai permintaan maaf, ini ada permen buat kamu."

97 High School || LK ft 97LHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin