14

684 116 8
                                    

Cuma mau ngingetin jika cerita ini hanya fiksi saja. Semua tempat atau kejadian di cerita ini hanyalah imajinasi authornya. Ambil sisi positif di dalam cerita ini, jika ada sisi negatif yang tidak patut untuk ditiru, bisa kalian buang jauh-jauh dan dijadiin pembelajaran agar tidak melakukan hal seperti itu.

Oke, selamat membaca🤗

.
.
.


"Sa.. Ibu aku Sa..." Lisa menegang mendengar suara isakan Wino saat ia berhasil mengangkat telpon dari pemuda tersebut. Seumur-umur ia mengenal Wino, baru kali ini pemuda tersebut menangis terang-terangan seperti ini.

"Sa.. hiks, Ibu n-ninggalin aku.."

Mata Lisa membulat tak percaya. Terakhir ia mengetahui kabar Ibu Wino saat ia masih berpacaran dengan pemuda tersebut. Lisa masih mengingat Ibu Wino yang sangat sehat. Bahkan tidak mempunyai riwayat penyakit apapun.

"Wino... sekarang kamu dimana?"

Tidak ada jawaban dari Wino, membuat Lisa dilanda rasa panik.

"Sa.. a-apa aku nyusul Ibu aja?"

"Wino sekarang kamu dimana?" Ulang Lisa menanyakan keberadaan laki-laki tersebut dengan panik.

Lisa bisa mendengar helaan napas panjang dari Wino. Saat Wino memberitahu nama rumah sakit ia langsung menyuruh sopir berbalik arah.

Dalam hati Lisa terus meminta maaf kepada Nikel karena tidak jadi datang ke acara ulang tahunnya. Sungguh, ini adalah pilihan yang sulit. Mendengar suara putus asanya Wino, Lisa merasa harus menemui pemuda itu. Lisa tahu Wino sedang tidak baik-baik saja.

Selama perjalan, Lisa mencoba mengajak Wino berbicara melalui sambungan telepon.

"Sa.. aku capek.."

Napas Lisa tercekat, sudah berkali-kali Wino mengatakan hal demikian selama telepon berlangsung.

Sesampainya di rumah sakit, Lisa langsung membayar taksi, dan masuk ke dalam dengan tergesa-gesa.

"Kamu di ruangan mana sekarang?"

Lagi dan lagi, Wino tak langsung menjawab. Ada jeda beberapa saat sebelum Wino menguarkan suara yang mana jawaban itu berhasil membuat tubuh Lisa mematung seketika.

"Rooftop."

Dengan cepat Lisa berlari ke arah lift. Menekan tombol lantai paling atas, sembari berusaha mengajak Wino berbicara.

"Wino, tunggu disitu, aku kesana sekarang."

"Hm,"

Lisa menggigit bibirnya panik, setelah lift berbunyi menandakan ia sudah sampai di lantai atas, Lisa langsung mencari Wino.

Napasnya berderu dengan kencang melihat Wino berdiri di ujung pembatas rooftop.

Lisa berjalan mendekat membuat Wino yang mendengar suara langkah kakinya langsung berbalik. Matanya sudah sangat sembab, pipinya sudah basah di penuhi oleh air mata.

Tadinya Wino benar-benar ingin menyerah. Ketika dokter mengatakan ibunya sudah tidak bisa bertahan lagi, jantungnya sesaat ikut terhenti. Ibu nya merupakan satu-satunya orang yang Wino punya. Tapi mengapa ia meninggalkannya begitu cepat.

97 High School Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ