16

619 107 17
                                    

Sudah beberapa menit keduanya menunggu kehadiran seorang bocah cilik dari bangunan di depannya. Sampainya mereka di tempat les-setengah jam sebelum jadwal les Nikel pulang, membuat keduanya harus rela menunggu lama.

Lalisa memainkan kuku jarinya akibat Pak Jeka yang tidak mengajaknya bicara sedaritadi. Apakah Pak Jeka marah padanya karena masalah foto tadi?

Melirik pria tersebut yang sedang fokus pada ponselnya, Lalisa menarik napas dalam. Ia memiringkan duduknya agar lebih leluasa menghadap pria tersebut.

"Pak Jeka.. jika sikap saya tadi sangat lancang, saya minta maaf." Gadis itu menunduk. Tak berani menatap Jeka walau hanya satu detik saja. Tak tau saja jika Jeka malah terkejut oleh pernyataan maafnya.

"Maaf? Untuk?"

Lisa mendongak perlahan. Tatapannya bertubrukan oleh tatapan bingung Pak Jeka.

"Untuk yang tadi. Saya sudah lancang ingin mengetahui kertas foto yang jatuh dari dompet Pak Jeka."

Jeka sedikit terkekeh. Astaga, dikira karena apa. "Saya tidak terlalu mempermasalahkannya. Seharusnya saya yang meminta maaf sudah mengambil paksa dengan tiba-tiba."

Lisa menggeleng tak setuju. "Gak, gak. Pak Jeka gak salah kok. Lagipun itu memang milik Pak Jeka."

"Kamu juga tidak bersalah. Saya juga kan yang menyuruh kamu mengambil dompet milik saya."

Sebuah senyuman kecil mengembang menghiasi wajah cantiknya. Lalisa menunduk, lalu mengangguk. Kelegaan menghampirinya. Syukurlah jika Pak Jeka tak mempermasalahkan kejadian tadi.

"Lalisa, saya boleh bertanya sesuatu?" Terdiam menunggu jawaban dari Lisa, pria itu baru melanjutkan saat melihat anggukan dari gadis tersebut. "Mungkin ini sedikit privasi, tapi saya ingin mengetahuinya."

Lisa kembali mengangguk. Walaupun belum tau pertanyaan apa yang ingin Pak Jeka layangkan, ia akan menjawabnya jika memang mampu.

"Tentang kamu dan Wino.. mengapa kalian mengakhiri hubungan?"

Pak Jeka sedikit was-was kala melihat Lisa terdiam menatapinya. Sungguh, ia sudah tidak tahan lagi ingin mengetahui hal ini. Mengapa ya? Jeka pun tidak mengetahui alasannya.

"Jika kamu tidak mau menjawabnya tidak masalah. Lagipun pertanyaan ini memang privasi sekali."

"Tidak kok." Elak Lisa cepat.

Lisa mencoba mengingat kembali awal putusnya hubungan mereka. Dan, baru kemarin-kemarin akhirnya Wino memberitahu alasan sebenarnya.

"Wino memutusi saya tepat di hari dimana kehidupan Wino telah berantakan. Kemungkinan, lima bulan yang lalu. Di pagi hari Wino bertengkar dengan Ayahnya. Di sore hari, kemudian Wino pergi dari rumah. Malamnya akibat pertengkaran hebat di rumahnya, Ibu Wino juga keluar dari rumah yang mengakibatkan kecelakaan pada beliau."

Lisa terdiam kembali. Ia sedikit merasa sesak jika mengingat-ngingat. "Karena keluarganya yang sudah hancur seperti itu, Wino memilih mengakhiri hubungan kami sekitar dua bulan yang lalu. Dia melakukan itu karena menginginkan saya untuk bisa bersama laki-laki lain yang lebih baik darinya. Yang tidak akan ikut terseret oleh permasalahan keluarganya."

"Jadi, jika sekarang saya bertanya 'apakah kamu masih mencintai Wino?' apa jawaban kamu?"

Pandangan Lisa menaik-- menatap hazel pria tersebut. Mendengar pertanyaan itu, Lisa tidak bisa menjawabnya. Masih mencintainya? Agaknya 'iya' bukanlah jawaban yang tepat. Bagaimana pun saat berada di dekat Wino, Lisa sudah tidak merasakan debaran jantungnya lagi. Ia pun tidak tersipu lagi oleh perlakuan manis yang Wino berikan.

97 High School || LK ft 97LWhere stories live. Discover now