21

561 106 12
                                    

Jeka baru saja mengantarkan Lalisa pulang ke rumah. Tepat pukul setengah delapan, pria tersebut sampai di rumah. Melihat Nikel sudah terlarut di dalam kamarnya, membuat Jeka bisa langsung mengistirahatkan diri di kamar. Namun, ketukan pintu berhasil membuat pria itu mendengus samar.

Tok.. tok.. tok

"Belum tidur kan?"

Alya yang hari ini menginap di rumah merasa bosan. Ia menyembulkan kepala dari pintu serta menyengir tak berdosa dan masuk begitu saja ke dalam kamar Jeka.

Perempuan tersebut duduk di ranjang Kakaknya. Melihat Jeka masih terbaring di kasurnya membuat Alya menarik kedua lengan Jeka untuk menuntun pria itu duduk dan berbincang dengannya.

Dengan sangat malas, Jeka akhirnya menegakkan tubuhnya. Ia memicing menatap Alya, "Cahyo lagi?"

Ya terkadang Alya menghampiri seperti ini kalau ada butuhnya saja. Paling banyak ya kalau sudah menyangkut tentang Cahyo, Alya akan menghampirinya.

Alya berdecak mendapat tuduhan itu. "bukan!"

"Terus?"

"Tentang Lalisa."

Mendengar nama Lalisa disebut, Jeka langsung merasa tertarik, membuat Alya mendecih melihatnya. Jika tentang Lalisa saja bersemangat.

"Kenapa?"

"Gak kenapa-napa sih, cuma aku heran aja loh, Kak. Kenapa Kakak tuh susah-susah gitu ngasih tau ke dia kalau kita ini kakak-adik."

Padahal Alya ingat sekali Jeka sendiri yang meminta agar tak ada satupun murid di sekolahnya yang mengetahui hubungan mereka berdua. Tetapi, tiba-tiba Jeka menelepon dan menyuruhnya untuk datang ke rumah. Bahkan Alya baru mengetahui jika Kakaknya menyuruhnya kemari untuk memberi penjelasan pada Lisa tentang hubungan mereka berdua.

Aneh saja mengapa Jeka berusaha sekali ingin Lalisa tahu yang sebenarnya akan hubungan ia dan Jeka.

"Gak mungkin kan kalau Kakak itu..." Mata Alya menyipit, telunjuknya menuding Jeka dengan curiga.

"Ck, apaan sih. Gak ada." Jawab Jeka cepat seolah sudah mengetahui kalimat apa yang ingin Alya suarakan.

Alya bersedekap dada. Ia masih menatap Kakaknya curiga.

"Baru kali ini aku ngeliat Kakak tuh effort banget sama cewe. Biasanya ya gak mau ribet."

Jeka berdehem, berusaha menyangkal tuduhan sang adik. "Ya kamu tau sendiri dong kalau Kakak kan ngerasa bersalah banget sama dia. Jadi sebisa mungkin Kakak bersikap baik untuk membalasnya."

Alya mengangguk-ngangguk tak mau memperpanjang masalah. Bagaimana pun ia harus percaya saja dengan Kakaknya jika kedatangan Jeka kemari untuk memperbaiki permasalahan di masa lalunya.

Alya ingat sekali saat satu tahun yang lalu, dimana ia mulai menjadi guru di 97 High School langsung menemukan murid dengan nama Lalisa Meyladyana. Nama yang sama persis dengan nama gadis cilik yang pernah bertemu Jeka di masa lalu. Juga, gadis yang sampai saat itu Jeka cari keberadaannya.

Pada saat itu Alya segera menghubungi Jeka yang tinggal di Semarang. Selalu memberitahu informasi yang ia dapati tentang keadaan Lalisa. Hingga Jeka berusaha keras untuk bisa menjadi guru di 97 High School. Butuh waktu lama memang hingga akhirnya ia berhasil menjadi guru di sekolah tersebut.

Bahkan Jeka sendiri tak akan menyangka di pertemuan pertamanya setelah sekian tahun dengan Lisa, malah kembali membuat masalah dengan menabrak gadis tersebut.

"Tapi, Kak... masa iya sih Lalisa tidak menyadari tentang Kakak...?"

Jeka terdiam. Itulah hal anehnya.

97 High School || LK ft 97LWhere stories live. Discover now