06

970 167 8
                                    

Setelah mengantar Lalisa sampai depan gerbang rumahnya, Jeka tak langsung pulang ke rumah. Melihat gadis itu berlari ke arah lain-- bukan masuk ke dalam rumahnya, membuat Jeka mengingat jika gadis itu memiliki sebuah janji bersama Enu.

Jeka menjalankan mobil secara perlahan mengikuti kemana Lalisa pergi.

Kedua mata pria itu menatap dengan seksama bagaimana interaksi keduanya yang terlihat sangat dekat. Jeka sekarang mengerti mengapa Enu dan Wino bisa saling membenci seperti itu. Ya karena mereka berdua nampak bersaing untuk mendapatkan Lisa.

Saat sudah sampai di Mall, Jeka tetap mengikuti keduanya. Hingga dimana saat melihat Lisa dan Enu ingin pergi ke kasir, Jeka baru menyadari jika tak jauh darinya-- di sampingnya terdapat Wino yang ikut menatap ke arah Lisa dan Enu.

Wino pun yang baru menyadari keberadaan Pak Jeka membelalak terkejut. Keduanya saling berpandangan dengan tatapan saling menyelidik satu sama lain.

"Loh bapak kenapa bisa disini?" Wino membuka suara terlebih dahulu. Menunjuk presensi sang wali kelasnya dengan raut kebingungan.

"Loh kamu juga kenapa bisa disini?" Balas Jeka yang juga bingung mendapati Wino di sisinya.

"Loh, Pak Jeka? Wino?"

Jeka dan Wino sontak menoleh secara bersamaan ke arah depannya dimana sudah ada Lisa dan Enu yang memergokinya.

Sialan!

Jeka dan Wino nampak gelagapan akibat keberadaannya sudah diketahui oleh Lisa dan Enu.

"Pak Jeka kenapa bisa disini?" Lisa bertanya dengan wajah polosnya.

"O-oh itu.. saya ingin membeli ini untuk kado anaknya Pak Cahyo." Jeka mengangkat sebuah boneka beruang yang sudah berada di tangannya. Menunjukkan kepada Lisa jika dia memang memiliki tujuan berada di Mall ini.

Berbeda dengan Lisa yang mudah percaya dengan omongan Pak Jeka, Wino dan Enu memicingkan matanya menemui kejanggalan.

"Saya baru tau, ternyata Pak Cahyo sudah mempunyai anak."

Lisa menoleh mendengar itu dari Enu. Kini kepala gadis itu memiring menatap boneka yang berada di tangan Pak Jeka.

"Eh iya juga, bukannya Pak Cahyo belum menikah ya?" Tanya Lisa lagi setelah menyadari bahwa Pak Cahyo memang belum punya anak, bahkan menikah saja belum pernah.

Jeka menelan saliva kasar, "M-maksud saya.. Pak Cahyo tukang kebun saya. Ya itu maksud saya. Memangnya yang namanya Pak Cahyo cuma ada satu saja?" Hembusan napas menguar darinya saat ia berhasil memberikan jawaban kebohongan yang tepat.

Lisa, Enu, dan Wino mengangguk secara bersamaan. Mereka mengira memang benar Pak Jeka memiliki tukang kebun bernama Pak Cahyo di rumahnya. Hah, tidak tahu saja jika pernyataan Jeka tadi adalah sebuah kebohongan.

"Terus Wino kenapa disini juga?"

Wino melirik terkejut, ia menoleh ke arah sampingnya yang dimana terdapat sebuah mainan mobil-mobilan. Ia langsung meraih itu, dan berkata, "oh itu anak tetangga aku besok ulang tahun. Ini kayanya cocok ya buat kado." Wino memerhatikan mobil-mobilan yang baru saja di dapatinya.

Enu memutar bola matanya malas. Ia merasa jika Wino tengah berbohong.

"Wah, ternyata bulan ini banyak juga ya yang ulang tahun." Sarkas Enu yang sudah merasakam hawa-hawa kebohongan.

••

Jika kalian mengira setelah kejadian tadi mereka berempat akan langsung pulang ke rumah, maka kalian salah. Karena nyatanya mereka kini berada di tempat makan bakso yang berada di Mall tersebut.

97 High School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang