Mama Matcha || Bab 11

891 53 6
                                    

Happy reading~

Malik baru saja menyelesaikan tugas akhirnya, yaitu mengecek pasien terakhir. Ia melepas lilitan stetoskop dari lehernya. Melewati tikungan akhir untuk mencapai ruangannya, seorang wanita menabraknya, hingga sebuah handphone terjatuh mengenai sepatu Malik.

Malik memungut handphone milik err.. Farasya. Lalu menyerahkannya.

Malik memerhatikan Farasya yang terlihat tergesa. Gadis itu terus melihat kebelakang. Entah apa yang dilihatnya. Malik tidak mengerti.

"Kamu.. kenapa?" tanya Malik akhirnya.

Farasya meremas sisi jas putih Malik. Kemudian dengan cepat dia mengambil alih ponsel yang berada di genggaman pria itu.

"Nggak apa-apa. Makasih."

Wanita ini selalu saja judes. Malik hanya bisa membatin.

Farasya pun berlalu melewati Malik.

Demi Tuhan, Farasya tidak bermaksud berkata kasar kepada Malik. Ia hanya spontan kasar kalau berada di dekat Malik. Mungkin, karena ia tahu Malik menyukainya.

Farasya tidak suka itu.

***

Malik membuka pintu ruangannya. Saat ia melihat ke arah kiri sepasang kaki menyilang secara menjuntai di pegangan sofa.

"Astaga, bikin kaget aja," Malik mengusap-usap dadanya.

"Lebay lo," tukas pria yang menutup matanya menggunakan tangan kanan.

"Lo kalau mau tidur di rumah dong. Atau kalau lo nggak ada rumah, minimal, kan lo ada ruangan sendiri," ujar Malik santai. Ia kemudian membereskan tumpukan kertas di atas meja kerjanya.

"Anak gue di sini. Masa gue di rumah."

"Sabrina ada di sini? Kenapa, dia sakit apa? Apa mesti dirawat inap?" tanya Malik beruntun.

"Satu-satu mas bro," Dion kemudian mendudukkan dirinya. "Sabrina nggak sakit. Tapi temen gue yang sakit."

"Lo biarin anak lo berduaan doang dengan cowo?" Dion memerhatikan wajah Malik yang seperti naik pitam.

"Yang bilang temen gue cowo siapa?" Dion meninggikan suaranya.

"Lah, temen lo cewe? Beneran cewe?" Malik menutup mulutnya tidak percaya. Ia berpikir sejak kapan temannya itu dekat dengan seorang wanita. Dari anaknya bayi sampai udah besar begini tuh orang nggak sold out sold out. Bukan nggak laku juga sih, ini lebih karena Dion yang memasang harga kemahalan.

"Seolah-olah banget dah, lo," sungut Dion.

"Ya lagian sekelas Farasya aja nggak lo tanggepin. Gimana bisa lo tiba-tiba deket sama cewe," Malik pun duduk di kursinya.

"Temen lama gue. Udah lama banget malah. Kebetulan temen gue ini guru privatnya Sabrina," jelas Dion.

"Oh.. cantik nggak orangnya?" Malik menatap lekat Dion.

Dion seolah menimang. "Cantik."

"Yes!" Maik memukul udara dengan semangat.

"Kenapa lo girang amat? Mau deketin dia? Umurnya beda jauh dengan kita," Dion memicingkan matanya lantaran Malik yang tersenyum penuh arti  kepadanya.

"Nggak kok. Bagus deh, lo pepetin sekalian temen lo. Sabrina pasti seneng banget kalo ibu barunya adalah gurunya," Malik tersenyum menggoda.

"Apaan banget deh. Kebanyakan baca novel lo." Dion berdiri. "Gue ke ruangan gue aja deh. Takut banget lihat lo begini."

Mama MatchaWhere stories live. Discover now