Mama Matcha || Bab 5

1.2K 70 0
                                    

Happy reading~

Habis dari makan nasi goreng depan lorong gue ketiduran. Nasgornya Mang Usman gila enak banget. Kayanya gue bakalan sering beli nasgor di sana deh. Pengecualian kalau ibu gue masak, yang ada malah diamuk ibu kalau ngotot tetap beli nasgornya mang Usman. Tapi itu juga pengecualian kalau ibu suka nasgornya mang Usman kan? Nanti deh gue pikirin rencana buat meracuni ibu dengan nasgor juaranya mang Usman.

Gue kebangun saat jam menunjukkan pukul 5 pagi. Buru-buru gue sikat gigi dan cuci muka setelahnya gue pakai baju olahraga buat keliling sekitar rumah. Lumayan hitung-hitung untuk kebugaran jasmani.

Ada sekitar 20 menit kemudian gue sudah di rumah lagi. Sebelum mandi gue keringin keringat dulu sambil ngecek handphone. Walah, ada nomor asing yang katanya itu Sabrina. Cepat-cepat gue bales pesannya.

To: 087382826xxxx
Sebenarnya tante bisanya sore hari.

To: 087382826xxxx
Soalnya tante ada jadwal training sampai siang

Ngomong-ngomong gue rada risih kalau belum nyimpen nomornya. Jadi aja gue simpan.

To: Sabrina anaknya Dion
Pengecualian hari minggu sih, tante free seharian kalau minggu

Balasan datang tak lama kemudian. Ini kan weekdays? Jam segini gadis ini bukannya persiapan sekolah tapi malah mainan hp. Jadilah gue mantengin hp sampe badan gue kering dari bulir keringat.

From: Sabrina anaknya Dion
Sore hari juga nggak apa-apa tante

From: Sabrina anaknya Dion
Aku malah takut ngerepotin tante

To: Sabrina anaknya Dion
Ih nggak apa-apa. Yaudah kalo gitu kamu maunya kita belajar di mana?

From: Sabrina anaknya Dion
Di rumah aku tante?

HELL, NO! Big no banget kalau gini jadinya. Apa-apaan ini. Gitu-gitu kan, dia putrinya Dion. Bisa-bisa saban gue ngajarin anaknya malah ketemu bapaknya lagi. Gue bergidik membayangkannya.

To: Sabrina anaknya Dion
Kalau di rumah tante aja gimana? Sabrina keberatan nggak?

From: Sabrina anaknya Dion
Ih emang boleh tante?

To: Sabrina anaknya Dion
Boleh banget!

From: Sabrina anaknya Dion
Yaudah kalau gitu aku bisa mulai belajar sama tante besok?

To: Sabrina anaknya Dion
Bisa kok.

Tidak ada balasan lagi setelah itu, gue memilih mencharge handphone terlebih dahulu lalu masuk ke kamar mandi.

***

Gue memutar mata malas waktu Farasya datang ke ruangan gue sambil bawa kotak makanan. Gue bukan nggak ngehargain yah. Catat. Ini karena pertama gue bukan balita hello! Nasi yang dihias bentuk muka panda sayuran di sekelilingnya menghiasi panda yang lagi macam kena struk. Kedua gue sudah pernah bilang berkali-kali bahwa dia nggak perlu repot membuatkan gue bekal. Sekali dua kali sih, omongan gue serupa angin yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri alias nggak didengar. Kalau gini caranya gue harus mempertegasnya untuk sekian kali lagi.

"Farasya kayanya saya harus tegas kali ini." Gue memandangi makanan yang tergeletak di atas meja gue. "Kamu bawa pulang aja makanannya atau kamu bisa makan sendiri atau juga kalau nggak bisa keduanya kamu bisa kasih ini ke orang lain."

"Loh kenapa? Selama ini kamu selalu makan bekal yang aku bawa kok," Farasya mengernyit heran.

"No. Selama ini saya selalu beri makanannya ke dokter Malik. Tolong buka mata kamu Farasya Malik bahkan suka sama kamu nggak pernah kamu menoleh ke dia sedikit pun," ungkap ku terus terang. Kemudian melanjutkan, "lebih baik kalau kamu kasih dokter Malik bekalnya, yang pasti bakal beliau terima dengan senang. Nggak seperti saya."

Mama MatchaOn viuen les histories. Descobreix ara