Saat matahari mulai menanjak tinggi, Alzena bersiap untuk menghadapi jadwal kuliah siang yang padat. Namun, hatinya merasa tenang dan bahagia karena kehadiran Azizan, yang rela pulang dari rumah sakit tempat ia bekerja, untuk mengantar Alzena ke kampus. Walaupun Azizan telah lelah setelah beraktivitas di rumah sakit, keberadaannya di sana menenangkan hati Alzena sehingga ia tidak merasa kesepian di tengah kepenatan jadwal kuliahnya. Mereka berjalan melewati jalanan kota yang ramai, sering kali berbicara dan tertawa mengisi waktu perjalanan menuju kampus.

"Kuliah yang rajin," titah Azizan.

"Ini aku rajin enggak bolos," timpal Alzena lalu mencium tangan Azizan.

Azizan mencium seluruh wajah Alzena yang membuat Alzena geli. "Ini di kampus kalau ada yang liatin gimana?"

"Enggak ada sayang, aman," ujar Azizan.

Setelah Azizan melihat punggung Alzena jauh dari jangkauannya. Ia kembali ke rumah sakit.

Alzena paling malas berada di kampus bukan karena malas belajar. Tetapi lingkungan yang kurang mendukung.

"Pakaian gue jadi kotor anjing!" celetuk salah satu mahasiswi saat tidak sengaja ada mahasiswa yang menumpahkan saos ke pakaiannya.

Alzena berucap, "Astaghfirullah."

Tetapi dengan penuh keberanian Alzena menghampiri orang yang baru saja mengumpat. "Maaf ya, kalau ucap istighfar kamu dapat pahala beda sama mengumpat kamu dapatnya dosa. Dia juga pasti punya nama. Jadi, enggak usah panggil orang lain dengan sebutan hewan! Ucapan kamu jadi hisab di akhirat nanti!"

"So suci lo!" ucapnya.

Alzena meninggalkannya tidak mau berdebat. Ia berdo'a semoga orang itu bisa mendapatkan hidayah.

Rezki Albi⎯menghampiri Alzena. "Tadi siang ada pahlawan ternyata."

Alzena ketakutan tidak mau disentuh laki-laki yang bukan mahram. Rezki berusaha menggapai tangan Alzena.

Alzena terus menghindar dia berucap "Enggak usah pegang-pegang."

Namun Rezki mengikuti Alzena. "Zen, pacaran yuk?"

Alzena menghela nafas gusar. Rezki tidak henti-hentinya mengatakan hal yang sama terhadap Alzena. Jika ia jujur kepada Rezki kalau Alzena sudah menikah Alzena takut Azizan kena imbasnya.

"Lo dari dulu kenapa nolak gue hah?" Emosi Rezki sudah diujung tanduk.

"Pacaran itu dosa Rezki. Pacaran itu tiketnya masuk neraka," lanjut Alzena tidak bosan menceramahi.

"Kayak yang udah pasti masuk surga aja," balas Rezki.

"Surga gue emang belum pasti. Tapi setidaknya gue udah berusaha supaya di akhirat enggak ada penyesalan nantinya," terang Alzena hingga membuat Rezki kalah telak.

"Terus cincin di jari lo itu apa? Lo tunangan? Sama bajingan mana?" cerocos Rezki menggebu-gebu.

Alzena bingung menjelaskannya. Alzena tidak suka Rezki yang terus saja seperti ini padanya. "Ini anu."

"Anu apa?" Di lorong kampus Rezki semakin kurang ajar mendekati Alzena.

Alzena risih. Benar-benar tidak suka.

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang