8) Pelabuhan Terakhir

Zacznij od początku
                                    

"Untung gue enggak ngelakuin hal yang aneh-aneh," gumam Rayno saat sadar ia tertidur di jalanan dengan melihat kaca spion mobil.

Rayno tidak sadar kalau ia sempat keluar mobil teriak-teriak nama Alzena yang menganggu orang berlalu lalang.

*Flashback Rayno yang kelimpungan bertemu Azizan yang baru pulang dari RS.

"Alzena lo itu harusnya nikah sama gue. Lo udah jagain gue dari bayi kenapa ending-nya sama orang lain?" ucap Rayno setengah mabuk.

"Gue pulang dari Australia alasan utamanya itu lo." Orang-orang yang melewati jalanan menatap Rayno penuh keheranan.

"Kita udah bareng dari kecil Alzena sampai remaja." Tangis Rayno pecah.

Azizan memberhentikan mobilnya dia mengenali Rayno karena datang ke acara pernikahannya.

Rayno mencengkram kerah Azizan yang berwarna hitam. "Balikin Alzena gue!"

"Dia kekasih halal gue sekarang. Lo enggak ada hak buat ngambil dia." Azizan berusaha menyikapi Rayno dengan tenang.

Badan Rayno melemas hingga melepaskan tangannya di kerah Azizan. Hatinya terus memberontak. Tapi dia tahu patah hati seperti ini tidak baik untuknya. Benar-benar menyesakkan.

"Pulang! Kasian kakak lo pasti khawatir, makasih udah pernah jagain Alzena," ucap Azizan. Alzena menceritakan pada Azizan tentang hubungannya dengan Rayno.

Rayno sempat sadar dengan kehadiran Azizan tetapi dia lebih memilih tidur di mobil. Karena jalanan yang telah sepi membuatnya Rayno menjadi tenang malam itu.

*Flashback Off.

"Ray, titip anak gue ya." Rhea menghampiri adiknya itu yang baru saja sampai di rumah bak istana.

"Lo mau kemana, Kak?" tanya Rayno.

"Gue mau ke Korea. Suami gue ada kerjaan di sana," jawab Rhea.

"Berapa lama?" tanya Rayno memijat kepalanya yang masih pusing.

Dengan ragu-ragu ia menjawab, "Satu pekan mungkin."

"Om Ray!" sapa si kecil bernama Gan Kaynen⎯ponakan Rayno.

"Kenapa?" tanya Rayno.

Anak itu meledek. "Kata mama, Om, baru ditinggal nikah ya?"

Hanya anggukan yang Rayno ajukan.

"Hahahaha kasian banget," ledek Galang dengan tawanya.

"Kok malah diledekin? Sini om gelitikkin." Rayno menggelitiki perut Galang. Mereka tertawa-tawa bersama.

Kehadiran Galang setidaknya menjadi obat untuk Rayno yang sedang patah hati. Setelah kepergian kakaknya. Rayno duduk berdua menonton tv bersama Galang.

***

Di ruangan bernuansa putih Azizan sibuk memeriksa pasiennya satu persatu. Namun Azizan tidak suka mengeluh karena lelah pekerjaannya ini termasuk ibadah.

"Dokter itu kalau ngomong suka sedikit ya."

"Ngapain ngomong banyak kalau enggak bermanfaat?"

KEPASTIAN DENGAN GUSOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz