16 "Pertemuan Keluarga"

55 7 0
                                    

Hallo Readers!
Episode kali ini agak lebih panjang dari sebelumnya, ada sekitar 1k lebih kata. Spesial buat Readers yang masih setia membaca Apakah Kita Akan Bahagia?

Jika ada koreksi typo, pendapat, saran, apapun itu jangan lupa tinggalkan komen. Votenya juga, ya.

Happy Reading! 🥰
- iaroalix

***

Derana meletakkan bedak padat pipih setelah merapatkan tutupnya. Mengoles gincu tipis dan meratakan. Memandangi seksama dari ujung dagu sampai ujung dahi.

Sudah cantik.

Derana mengambil tas jinjing yang dikadokan Baswara di ulang tahunnya lima bulan lalu. Tas jinjing hitam elegan yang senada dengan gaun kasual. Menambah cantik.

Namun senyum yang cukup lama mengambang itu memudar tiba-tiba. Diganti kekhawatiran.

Keputusan yang ia ambil membuatnya grogi dominan takut. Keputusan yang sudah ditawarkan Baswara di awal hubungan mereka. Selama ini Derana merasa terlalu cepat. Namun Baswara tak berhenti meyakinkan bahwa ia diterima di keluarganya. Bahkan lewat cerita pun, Derana diterima. Yang akhirnya membuatnya yakin setelah banyak keraguan.

Senyuman itu kembali bersama keyakinan. Keyakinan yang Pencipta anugrahkan melalui Baswara. Namun menghilang lagi. Kali ini karena suara bel rumah.

"Sudah datang." Antusias Derana kembali memeriksa isi tasnya. Lalu menuju pintu depan dengan cepat.

Namun setelah pintu terbuka sempurna, antusias itu berganti cepat dengan kaget.

"Karsa??"

"Deranaa..."

"Apa yang kamu lakukan di sini??"

"Aku ingin bicara. Tolong aku...," mohon Karsa. Suaranya bergetar. Mata sembab dan wajah semrawut menunjukkan betapa kacaunya dia.

"Tidak, Karsa. Tolong pergi. Ini sudah malam, aku tidak ingin ada yang salah paham."

"Aku mohon, Derana. A..aku tidak tahu harus ke mana." Tangis Karsa pecah. Tidak berhenti ia mengusap kedua matanya sampai meninggalkan ruam merah.

"Apa maksudmu?? Kamu punya rumah!"

"Aku punya. Tapi aku tidak punya seseorang untuk diajak bicara."

"Tolong... Tolong aku," mohon Karsa kembali. Kali ini sambil tersungkur.

"Karsa! Jangan begini! Bangun!" Derana mulai panik. Siapa pun yang melihat situasi ini akan salah mengerti.

Lalu kepanikan itu memuncak setelah matanya menangkap kilau lampu mobil di balik sela pagarnya.

"Astaga!! Bagaimana ini??"

Banyaknya tekanan dan kepanikan membuat Derana tidak punya pilihan. Ia membantu Karsa berdiri dan menuntunnya ke dalam rumah. Kemudian membiarkan Karsa yang masih tersedu-sedan duduk di sofa.

"Baik, aku akan bicara. Tapi aku harus pergi sekarang. Kamu tunggu di sini dan nanti kita bicara."

"Uum, baik."

"Janji, jangan ke mana-mana."

"Janji."

"Derana!" suara panggilan dari balik pintu.

"I..iya. Aku datang!"
"
Tenangkan dirimu. Jangan melakukan hal aneh."

"Uumm."

Derana menepuk dua kali legan Karsa. Jujur saja ada rasa iba melihat raut berantakan Karsa saat ini. Raut yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Walau pernah disebut kekasih, Karsa pernah menjadi teman baik.

Apakah Kita Akan Bahagia? (END) Where stories live. Discover now