06 "Kebenaran yang Sulit"

87 8 2
                                    

Jika ada koreksi, typo, pendapat, apapun itu, jangan segan meninggalkan komentar.

Happy Reading 🥰
- iaroalix

***

Derana adalah wanita yang mandiri. Ia terbiasa melakukan banyak hal sendiri. Mulai dari hal kecil seperti mengambil kopi, padahal mereka memiliki OB, sampai pada menyusun berita hingga siap ditayangkan.

Tapi jujur saja, dalam lubuk hatinya ia ingin dibahagiakan orang lain tanpa rasa bersalah. Lalu takdir membawa Karsa. Seorang yang mewujudkan impian itu. Mewujudkan semua hal yang Derana pikir hanya akan selalu di angan-angannya.

Air mata Derana jatuh. Kenyataan menampar setiap kali ingatan itu muncul. Seolah mengingatkan bahwa nama itu dan segala hal tentangnya harusnya tidak ada lagi. Karena sebaik apa pun kenangan yang ingin dibangun, akhirnya tetap luka.

"Sampai kapan kau akan mengkhayal di sini?"

"Uum?"

"Jangan membuat kesalahan yang sama. Ingat perjanjian kita."

"I...iya. Maaf, Pak."

"Ya sudah, sana! Bantu yang lain," ketus Baswara.

"Iya, Pak."

Derana beranjak dari kursi. Mengatur pengambilan gambar untuk mengiklankan produk perusahaan Baswara. Walau sebenarnya bukan bagiannya, tapi hukuman dari Budi membuat Derana berakhir di divisi periklanan. Dan untuk tiga bulan ke depan, ia terpaksa harus bekerja di dua divisi.

"Derana!"

"Yoana? Kenapa bisa di sini?"

"Berkasnya Buk Gia, tertinggal."

"Ooh."

"Yoana!"

"Ini, Buk," ucap Yoana menyodorkan sebuah map.

"Terima kasih, ya. Anak-anak divisi saya di sini semua. Saya cuma enak minta tolong ke divisi kalian."

"Iya, Buk. Tidak apa-apa," balas Yoana tertawa canggung. Derana mengikuti.

"Oh iya, sebentar akan ada manajer dari Shoy Express. Pak Baswara ingin menggabungkan layanan dari perusahaan itu di iklannya. Jadi tolong kamu temui dia dan jelaskan konsepnya."

"Baik, Buk."

"Oke sip. Kalau begitu, saya permisi dulu. Ada yang perlu dibenahi."

"Iya, Buk. Silahkan."

"Terima kasih ya Yoana."

"Iya, Buk," balas Yoana mengiringinya dengan tawa canggung yang sama. Semakin jauh Gia melangkah, tawa mereka semakin memudar.

"Seenaknya, seperti biasa. Itu kenapa aku sedikit khawatir waktu Pak Budi mengatakan kau akan bekerja bersama mereka."

"Sudahlah. Namanya juga hukuman. Hanya tiga bulan."

Yoana menghela napas kesal. Akhir-akhir ini wanita yang dikenalnya keras kepala itu jadi lebih sering mengalah. Ia tahu alasannya, tapi memilih untuk tidak mengungkit.

"Kau belum kembali?"

"Nanti saja. Pekerjaanku sudah selesai."

"Dasar. Ya sudah, kau tunggu di sini, aku harus membantu Buk Gia."

"Oke."

Derana berlalu, mengikuti jejak langkah Gia. Sedangkan Yoana duduk santai memandangi kerumunan orang di depannya yang sedang sibuk mempersiapkan pengambilan gambar. Lalu ia mengambil gawainya karena sadar semua sudah dijangkau penglihatannya.

Apakah Kita Akan Bahagia? (END) Where stories live. Discover now