11 "Memberi Keyakinan"

52 9 3
                                    

Dua minggu kemudian....

Kepercayaan adalah hal yang sulit dibangun dan sulit diberikan. Khususnya yang pernah dikecewakan. Tidak mudah membentuknya dari awal dengan deretan rasa sakit yang masih berusaha disembuhkan.

Derana menjadi salah satu yang ingin kepercayaan itu kembali diberikan. Ia ingin mempunyai sosok itu lagi. Seseorang yang tidak mempertanyakan keputusannya. Namun ketakutan mehanan dengan kuat.

Cukup kuat sampai bunyi notifikasi terdengar dari gawainya.

Baswara
Ayo bicara. Ini penting.

Baswara
Saya akan terus menunggu di sini sampai kamu mau menemui saya.

Pesan yang hanya dibaca itu memudar.

Beberapa menit berlalu dan tak ada lagi suara notifikasi.

Satu jam berikutnya, kegelisahan membuat Derana berdiri dan mengintip di balik jendela kamar. Benar saja, Baswara duduk di atas kap mobilnya.

Derana tidak terkejut. Di pertemuan pertama ia sudah menyadari sikap keras kepala Baswara. Ia menghela panjang, berusaha tetap pada keputusan awal. Dengan sedikit keraguan ia kembali pada komputer melanjutkan ketikan.

Waktu berlalu, jam dinding menunjukkan pukul setengah enam sore. Derana merenggangkan badan dan menonaktifkan komputer jinjingnya. Kemudian mandi dan memoles diri.

Setelah apa yang ada di tubuhnya rapi, ia mengambil kotak bekal dan berjalan keluar rumah.

Derana membulatkan mata dengan napas yang sempat terhenti sesaat. Tersentak menemukan mobil Baswara masih terparkir di depan rumahnya. Ia ingin melanjutkan langkah, namun malah mengetuk kaca jendela mobil.

Baswara terperangah beberapa detik, namun tergesa-gesa keluar setelah menyadari kemunculan Derana.

"Saya ...."

"Sudah saya bilang Bapak pulang," potong Derana.

Baswara tidak menjawab. Matanya teralihkan pada kotak bekal Derana.

"Kamu mau ke mana?"

"Menjenguk Mama."

"Saya temani."

"Tidak usah. Pak Baswara pulanglah."

"Please... Kali ini benar-benar yang terakhir. Dan tidak akan ada tawaran lagi."

Derana menunduk. Penawaran Baswara meluluhkannya. Ia ingin percaya untuk tidak akan menerima sikap keras kepala Baswara.

"Baiklah."

Baswara bergegas membuka pintu, tak ingin wanita itu mengubah pikirannya.

Perjalanan mereka berliput keheningan. Derana tak ingin bersuara dan Baswara terlalu takut bersuara. Takut situasi mereka mungkin memburuk.

Keheningan yang cukup lama sampai mobil mereka berhenti.

"Bapak mau ke mana?"

"Ke dalam, bersamamu."

"Tidak usah. Bapak sudah cukup untuk mengantar saya."

"Saya sudah datang sejauh ini, maka saya harus menjenguk Mamamu. Kita berteman. Lagipula walau pun tidak terlibat di projek yang sama, kita masih berstatus rekan kerja. Dan saya terbiasa menjenguk keluarga rekan bisnis saya."

Derana tidak berkutik. Penjelasan Baswara masuk akal. Mereka masih rekan kerja. Namun ia menjadi tidak mengerti dengan status pertemanan yang Baswara terus sebutkan.

Lalu akhirnya melanjutkan langkah dan berhenti di depan ruang rawat Wuyan.

"Tolong jangan mengatakan hal-hal yang aneh. Khususnya tentang Karsa."

Apakah Kita Akan Bahagia? (END) Where stories live. Discover now