05 "Tempat Asing"

93 10 0
                                    

Dari kesalahan kita belajar banyak hal. Salah-satunya mengubah sesuatu menjadi benar. Memperbaiki lebih tepatnya.

Tapi tidak banyak dari kita yang bisa berdamai dengan diri sendiri. Mengesampingkan nurani dan membiarkan sesuatu yang salah semakin salah. Dan Derana tidak ingin mengulang itu. Ia pernah memaklumi banyak kesalahan hingga berhenti pada penyelasan yang tidak bisa diluapkan.

Dengan pemikiran itu, langkah Derana menuntun ke sebuah ruangan asing. Tapi langkah itu tertahan setelah netranya mendapati bola mata coklat sedang menatap dingin. Ini memang bukan pertemuan pertama, tapi yang ini membuat Derana melihat jelas tatapan yang menyadarkan jika ia bisa saja tidak termaafkan. Itu membuatnya gugup. Menimbulkan perasaan ngilu yang tak diinginkan.

"Masuk."

Derana menuruti dengan kepala yang menunduk.

"Saya benar-benar minta maaf," ucapnya memelas.

"Anda tahu, saya paling tidak suka jika seseorang tidak bisa menghargai orang lain."

"Dan apa yang menjamin Anda tidak akan melakukan kesalahan yang sama?"

"Saya berjanji."

"Jika melanggar?"

"Saya ...."

"Akan memundurkan diri?"

Pria yang tidak berbasi-basi itu membuat Derana mendongak cepat. Tawarannya terlalu menakutkan. Bagaimana bisa melepas sumber pendapatan utama keluarganya?

Tapi ia tidak punya pilihan. Mengambil risiko besar adalah satu-satunya jalan agar kepercayaan itu bisa kembali didapatkan.

"Iya. Saya akan memundurkan diri."

Pria muda berkemeja hitam itu mengangguk beberapa kali. Setidaknya ketegasan dari nada suara Derana membuatnya sedikit yakin.

"Oke. Saya akan percaya."

"Terima kasih, Pak," ucap Derana sambil menunduk cukup lama.

"Ya sudah. Kamu boleh pergi. Untuk progres silahkan tanya ke karyawan lain."

"Baik, Pak. Kalau begitu, saya permisi."

"Uum."

Derana menunduk lalu berbalik.

"Oh iya, maaf sebelumnya. Kemarin belum sempat, nama saya Derana."

"Saya Baswara Beatitudo," ucap Baswara menyodorkan tangan.

Derana membalas cepat. Ia bisa melihat keprofesionalan Baswara. Walau umur mereka tidak jauh berbeda, Derana menyadari Baswara memiliki lebih banyak pengalaman dibading dirinya. Memimpin perusahaan besar tentu bukan hal mudah.

"Saya permisi."

"Iya."

Derana akhirnya beranjak. Membawa lebih banyak beban di pundaknya. Kali ini ia mempertaruhkan pekerjaan. Setidaknya itu mengingatkan untuk benar-benar keluar dari lubang hitam yang ia ciptakan sendiri.

Menghilangkan semua hal tentang Karsa. Semua hal yang hanya membuat luka itu bernana.

Tapi rumah yang dirubuhkan akan selalu meninggalkan puing-puing.

***

Apakah Kita Akan Bahagia? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang