🍁III🍁

Mulai dari awal
                                        

"Kelamaan Niswa, udah ah ayo. Aku yakin pasti ada tumpangan buat kamu, soalnya aku juga sama nebeng" ujarnya sembari menyengir lebar, dia menuntun Niswa untuk mengikutinya. Mereka pun berjalan ke arah parkiran

"REIFANNNN" Teriak Gauri membuat orang yang dipanggil mengerem motornya seketika. Cowok itu berdecak kesal dia memandang tajam Gauri

"Hehe S-sorry.. Niswa katanya mau bareng sama lo boleh ya? Kasian dia gak bawa kendaraan" ujar Gauri membuat Niswa berkeringat dingin di tempat.

Kenapa harus lelaki menyeramkan itu? Dia jalan kaki saja tak masalah ketimbang harus dengan macan Antartika.

"Naik" balas lelaki itu, Reifan Czeslaw Jumantara.

Gauri membelalakkan mata tak percaya, niatnya hanya iseng namun lelaki kutub itu mengiyakkan. Wah.. Wah.. Keberuntungan padamu Niswa.

"Udah sana, keburu pergi dia" ujar Gauri membuat Niswa menggelengkan kepala

"Gapapa Niswa dia baik kok, tenang aja. Nanti kita ikutin dari belakang" bujuknya. Dengan terpaksa Niswa melangkah pada lelaki yang tengah menunggunya.

"Maaf ya soalnya cuma dia yang sendiri" ujar Gauri merasa bersalah, mengingat Reifan adalah orang yang disegani karena sikapnya yang dingin dan tak tersentuh.

Niswa tersenyum tenang sembari mengucapkan terima kasih, padahal dalam hati dia memberontak ingin menolak.

Tepat berada disamping motor itu, Niswa berdiri merenung menatap lelaki yang hanya fokus kedepan entah menyadari kehadirannya atau tidak. Dia menoleh, dari balik helm Niswa bisa melihat mata elang itu menatapnya tajam seolah Niswa telah membuatnya lama menunggu. Tanpa banyak kata Niswa segera menaiki ducati hitam dan mereka pun pergi menuju rumah Gauri.

Dipersimpangan jalan, Reifan mengambil arah yang berlainan dengan teman-temannya. Niswa ingin protes namun ia tak berani jadi memilih diam saja, apalagi jalan yang mereka lalui sangat ramai jadi tak mungkin kan lelaki ini akan bermacam-macam?

Restoran. Lelaki itu membawa ia ke sebuah restoran mewah. Niswa turun ketika motor itu telah berhenti.

"Makan dulu" ujar lelaki itu, kemudian berjalan masuk meninggalkan Niswa yang kebingungan. Apa dia perlu ikut atau tunggu saja disini?

"Ehhh" lamunannya buyar ketika kerah bajunya ditarik kebelakang membuat Niswa berjalan mundur.

"Lepass" ujar Niswa memberontak, tarikan itu memang tidak menyakitinya hanya saja dia merasa malu apalagi orang-orang memperhatikan mereka

"Lama" cibir Reifan tanpa melepaskan tarikannya, dia mendudukan Niswa pada sebuah kursi kemudian dia duduk diseberangnya.

"Gue tulis sendiri, nanti gue kasih" ujar Reifan pada salahsatu pelayan yang siap mencatat pesanan mereka

Ketika Reifan sibuk mencatat pesanannya, Niswa sibuk memperhatikan lamat setiap detil desain interior yang begitu mewah. Untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki ditempat ini, suatu hari nanti ia juga ingin punya restoran mewah.

"Pesan" ujar lelaki itu sembari menyodorkan kertas yang berisi pesanan miliknya. Niswa segera mengambil kertas itu dan berdiri dari duduknya membuat Reifan mengernyit heran

"Kemana?"

"Kasih pesanan ini ke pelayan kan?" balas Niswa

"Maksud gue tulis pesanan lo" jelas lelaki itu membuat Niswa tersenyum kikuk, Reifan tidak mengatakan dengan jelas ia jadi tak paham. Sekarang dia juga yang malu.

Niswa mengambil pulpen, dan mulai mencatat. Namun pergerakannya terhenti, dia harus memesan apa?
Uang 3000 miliknya bahkan tidak cukup untuk membayar parkir disini.

Niswa menengadah menatap lelaki yang rupanya juga sedang memperhatikan setiap gerak-geriknya.

"Em.. Saya masih kenyang" ujar Niswa sembari menjauhkan kertas itu. Reifan mengangguk paham, dia memanggil pelayan dan menyerahkan pesanannya

Selama menunggu makanan datang, hanya ada keheningan disana. Niswa duduk dengan gusar dia merasa canggung berhadapan langsung dengan Reifan, apalagi ini interaksi pertamanya dengan lawan jenis.

"Makan" ujar Reifan sembari menyodorkan sebuah piring berisi menu yang sama dengan miliknya. Dia memesan double.

"Tapi saya-"

"Gue salah nulis, makan aja daripada mubazir. Gue udah terlanjur bayar" jelas lelaki itu sembari menyuapkan makanannya

"Gapapa?" tanya Niswa ragu

"Hm"

Tanpa sadar Niswa tersenyum senang, dia mulai memakan makanannya dengan tenang. Rasa yang belum pernah hadir memenuhi indra penyecapnya, seandainya saja bisa dibungkus dia akan membagi dengan adiknya.

Makan dengan tenang, namun setiap satu sendok penuh yang masuk kedalam mulutnya sudah mewakilkan bahwa gadis itu keenakan atau justru kelaparan?

"Habisin. Gue udah bayar mahal, jangan sampai terbuang sia-sia" ujar Reifan membuat Niswa mengangguk bersemangat.

Setelah selesai makan siang, mereka kembali melanjutkan perjalanannya. Lima belas menit berlalu dengan sia-sia, perasaannya saja atau memang mereka hanya berputar mengelilingi jalan yang sama.

Entah putaran ke berapa kalinya ia melewati jalan ini, Niswa sampai hafal di depannya ada sebuah butik, diseberang butik itu terdapat toko baju serba 35, disamping kanannya toko sepatu, disamping kirinya toko hijab.

Beberapa meter kemudian terdapat taman yang disampingnya terpasang sebuah baliho dengan logo banteng merah yang menampilkan sebuah tulisan 'Kepak Sayap Kebhinekaan' yang disertai wajah cucu dari presiden pertama.

Diseberang baliho itu terpasang sebuah spanduk dengan tulisan 'MIMPI JADI PRESIDEN?, mumpung mimpi masih gratis, nggak bayar'. Disampingnya terdapat foto lelaki dengan setelan formal tengah tersenyum lebar.

Niswa memberanikan diri untuk bertanya, dia memajukan tubuhnya kedepan. Lelaki itu terlihat menegang seketika mungkin kaget.

"Kenapa muterin jalan ini terus?" tanya Niswa setengah berteriak

"Gak tau rumah si Gauri dimana" jawabnya santai membuat Niswa menatapnya tak percaya.

Niswa menghela nafas sabar, dia tidak boleh merasa kesal apalagi sampai memarahi lelaki itu bisa-bisa ia diturunkan ditengah jalan. Dia memilih menghubungi Gauri untuk mengirimkan alamat rumahnya.

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai yang disuguhkan pemandangan tak mengenakkan, mereka menunggu diteras. Seorang lelaki menatap jahil Reifan, Gauri menatapnya khawatir sedangkan dua gadis lainnya menatap Niswa tajam penuh peringatan.

________________________________

~TBC~

Maaf baru update lagi, nyelesain dulu cerita sebelah:)

2 Juni 2023

Mysterious IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang