[50] KHANSA'S DESTINY

2.3K 345 1.5K
                                    

Hari berganti hari, dan minggu berganti minggu, begitu pun dengan matahari berganti dengan bulan.

Cklek

Khansa telah selesai mandi, ia rapi dengan setelan panjangnya. Khansa mulai duduk di hadapan cermin, tangannya mulai mengambil sisir dan menyisir rambut hitam pekatnya.

Kepalanya menunduk, banyak rambutnya yang mulai berjatuhan di lantai. Khansa kembali menyisir dan benar saja rambutnya kini banyak yang rontok.

"Ini efek penyakit yang ada di dalam diri ini ya?" Gumam Khansa, ia mulai menghela nafas kasar.

Khansa membuka lemarinya, ia mengambil sebuah celengan plastiknya yang berwarna biru langit.

Setelah meraih celengannya, Khansa perlahan mulai membuka celengan miliknya yang ia tabung selama ini.

Jarinya mulai membereskan lembaran uang dan mulutnya yang terus menghitung, "Ada 3 juta," Gumam Khansa.

"Kurang 3 juta lagi--" Khansa mulai mengambil dompet, ia mulai kembali menghitung uangnya, "5 juta, jadi 8 juta."

Khansa mulai membereskan lembaran uang, setelah beres Khansa langsung meraih khimar lalu memakainya, tidak lupa ia mengolesi sedikit lipbam pada bibir pucatnya.

Khansa meraih tas selempangnya, ia mulai melenggang pergi keluar rumah.

Taxi mulai berhenti di hadapannya, dengan cepat Khansa langsung menaiki taxi tersebut, "Tujuannya kemana mbak?" Tanya pensupir taxi.

"Rumah sakit Medika," Khansa menjawab.

Setelah menghabiskan beberapa menit untuk menuju ke rumah sakit, Khansa langsung membayar taxi. Ia mulai turun dan memasuki rumah sakit dan mengurus administrasinya.

Khansa mulai menunggu giliran ia masuk, tak lama menunggu karena pasien lumayan sedikit. Jadi Khansa langsung memasuki ruang dokter Gentari.

"Assalamu'alaikum dokter," Khansa menunduk sopan.

Dokter Tari menoleh, "Wa'alaikum salam Khansa, kita akhirnya bisa bertemu lagi, mari duduk dulu." Khansa mengangguk dengan sopan, kemudian ia duduk di hadapan dokter Tari.

"Saya baru mengetahui jika kamu cucu dari almarhumah dokter Rana," Khansa tersentak, "Dokter tahu?" Dokter Tari mengangguk, "Dokter Andi, dia yang memberi tahu, Khansa."

"Khansa kenapa kamu akhir-akhir ini jarang sekali kemoterapi? Dokter sudah menghitung jika kamu tidak kemoterapi 3 kali, kenapa Khansa?"

Khansa menunduk, "Maaf dokter, Khansa juga malas banget rasanya kemoterapi terus dok. Seperti penyakit yang dialami oleh Khansa tidak akan pernah sembuh, jadi mau Khansa menjalankan kemoterapi atau tidak, pasti Khansa tetap akan mati kan dokter?" Tanya Khansa dengan suara pelannya.

"Hey, kenapa kamu jadi bicara seperti itu Khansa? Dokter paham jika kemoterapi tidak akan membuat pasien sembuh total, tapi dengan kamu melakukan kemoterapi maka rasa sakit yang di alami akan berkurang, jangan lupa terus berdo'a pada yang Maha Kuasa."

"Ma-maaf dok,"

"Kamu anak hebat Khansa, janji ya kamu akan lebih rajin kemoterapi?"

KHANSA'S DESTINY [END]Where stories live. Discover now