[49] KHANSA'S DESTINY

2.2K 325 654
                                    

Khansa menuruni angkutan umum, lalu ia tidak lupa untuk membayar. Khansa menatap rumah bertingkat dua, itu adalah rumah Althar. Ya, Khansa berniat akan menemui Althar dan meminta maaf.

Baru tiga langkah Khansa akan memasuki halaman rumah Althar, seketika langkahnya langsung terhenti melihat kedua pasangan yang sedang bercanda ria, Althar dengan seorang perempuan sedang berjalan menuju mobilnya.

Tubuh Khansa mematung, ia meremas gamis yang di kenakannya. Matanya mulai berair, kenapa sesakit ini melihat Althar dengan perempuan lain? Salahkah dia jika Khansa merasa cemburu?

"Ya udah pak, kalau begitu saya pamit ya untuk pulang. Berkas-berkasnya nanti saya beri ke bapak besok di kantor," Perempuan berambut pendek sebahu berwarna pirang itu tersenyum ramah pada Althar.

"Iya Jen, hati-hati ya. Berkas-berkas untuk besok har--" Althar menghentikan ucapannya kala ekor matanya melirik pada sebuah gerbang halaman rumahnya, di sana terlihat perempuan sedang mematung menatapnya sendu.

Bola mata Khansa membulat ketika dirinya kepergok oleh Althar, dengan cepat ia langsung bergegas pergi meninggalkan halaman rumah Althar.

"Khansa?" Gumam Althar, "Pak, bapak ngomong apa?" Jenna, sekertaris dari Althar bertanya bingung.

"Tidak, kamu langsung pulang saja ya. Saya mau ada urusan," Althar langsung berlari kearah gerbang, mencari keberadaan Khansa.

Matanya menatap Khansa yang tengah berlari, dengan cepat Althar mengejar Khansa, "Sa! Khansa, jangan lari!" Teriak Althar.

Mendengar teriakan Althar, Khansa langsung mempercepat larinya, perlahan tubuhnya mulai kelelahan dan melemas, kepalanya mulai terasa sangat pening. Khansa melupakan jika ia sedang dalam kondisi sakit.

Bruk

Karena tidak kuat, Khansa menjatuhkan dirinya pada aspal. Nafasnya mulai memburu, "Khansa, kamu tidak apa-apa? Kamu kenapa?" Althar menghampiri Khansa yang sedang terduduk lemas.

Khansa menggeleng lemah, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Althar, nafasnya sangat sesak, ia mulai kesusahan dalam bernafas.

"Sa? Jangan bikin saya panik!" Althar berucap demikian membuat Khansa sedikit melirik pada Althar.

"S--se-sak," Althar mengusap punggung Khansa dengan lembut, "Coba tarik nafas pelan-pelan, Sa. Atur nafasnya," Khansa pun mulai menuruti perintah Althar, perlahan ia pun mulai kembali bernafas lega.

"T--terima kasih, Al." Althar mengangguk, "Kamu kenapa?" Althar bertanya dengan khawatir.

"Nggak apa-apa," Jawab Khansa.

"Kamu ada perlu sama saya Sa? Kamu butuh bantuan saya Sa? Katakan, jika kamu membutuhkan saya." Ucap Althar, kemudian Khansa menggeleng.

"Tidak ada, gue hanya ingin meminta maaf sama lo, Al. Maafin gue yang udah buat hati lo sakit, maafin gue kalau gue pernah buat diri lo tersinggung, maaf Althar."

Althar tersenyum tipis, "Santai, Sa."

Mobil putih berhenti tepat di sebelah Althar dan Khansa, wanita dengan memakai setelan jas hitam, rambut pendek pirang itu mulai keluar dari mobil.

"M--maaf pak Althar, bapak tidak apa-apa kan? Saya panik lho pas bapak lari," Sontak Althar dan Khansa pun mendongak.

"Jenna? Kamu belum pulang? Kan saya bilang kamu pulang aja," Ya, perempuan di hadapannya adalah Jenna, selaku sekertarisnya di kantor.

"Maaf pak, saya hanya ingin mengecek keadaan bapak aja. Pak Althar sih, bikin saya khawatir."

"Saya tidak apa-apa, Jen."

KHANSA'S DESTINY [END]Where stories live. Discover now