[35] KHANSA'S DESTINY

2.2K 255 62
                                    

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum,"

Cklek

"Wa'alaikum salam, e--eh gus Khanza? Ning Khansa?" Kaget santriwati ketika melihat kedatangan Khanza dan Khansa.

"Maaf ya saya mengganggu,"

"Oh, tidak gus. Tidak mengganggu sama sekali, ada yang bisa ana bantu gus?"

Khanza mengangguk, "Jadi kebetulan asrama kamu cuma di tempati oleh dua orang, dan saya ingin menitipkan Khansa di sini, apakah boleh?"

Santriwati tersebut pun tersentak kaget, lalu ia melirik kearah Khansa yang tangah menunduk dengan tangan kanannya seraya memegang sebuah koper.

"Boleh kok gus,"

Khanza melirik kearah Khansa yang tampak diam seraya memainkan jemarinya, "Sa? Kamu nggak apa-apa kan?"

Khansa refleks mendongak dan mengangguk, "Nggak apa-apa bang, Sasa malah senang punya teman di pesantren," Senyum Khansa terus terukir dibibir kecilnya, Khanza tahu dibalik senyuman Khansa tentu ada luka yang tidak bisa diungkapkan.

"Kamu baik-baik ya disini? Kalau ada sesuatu bilang sama abang ya Sa?" Khansa mengangguk sekali lagi, "Iya abanggggg... Udah ah sanaa hustt,"

"Ngusir kamu, gak sopan!"

Khansa terkekeh geli, "Bercanda ih!"

"Ya sudah abang pamit ya, kamu kenalan sama teman-teman seasrama, semoga betah ya!"

"Iya bang, aamiin."

"Ya udah, assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikum salam," Khansa memandang punggung Khanza yang perlahan menghilang, bibir yang daritadi terus merukir senyuman kini kembali luntur.

"Ning,"

"Ning Khansa?"

"E--eh? Iya?"

"Ning kenapa melamun begitu? Ning ada masalah ya?" Khansa tersenyum tipis, kemudian ia menggeleng pelan, "Aku nggak apa-apa,"

"Ayok masuk ning, nanti aku bantu beresin barang-barangnya," Khansa hanya mengangguk dan menuruti kata santriwati didepannya ini.

Khansa mengedarkan pandangannya, di sini sempit hanya ada ranjang berjejer 3 bagian dan lemari kecil untuk pakaian.

"Ning duduk aja, biar aku yang beresin pakaiannya,"

"E-ehh, no! Itu pakaian aku, kenapa jadi kamu yang beresin? Udah biar aku aja,"

"Nggak apa-apa ning, santai aja. Aku tahu, ning pasti capek ya?" Santriwati tersebut tentu tahu ada hal yang mengganjal, terlihat dari mata Khansa yang memerah dan sembab.

Khansa menunduk, Santriwati tersebut menghampiri Khansa, "Ning, aku memang nggak tahu apa masalahnya. Tapi aku percaya ning Khansa kuat kan? Allah maha melihat, Allah juga maha adil, percaya sama Allah." Tuturnya seraya mengusap punggung Khansa lembut.

"Nama aku, Kirana Fatimah. Ning bisa panggil aku Kiran,"

Khansa mendongak, "Kiran?"

"Iya, ning?"

Khansa berdehem sebentar lalu berucap, "Kamu bisa jangan panggil aku ning? Panggil aku Khansa," Titah Khansa mengingat perkataan nenek Dyah yang tidak ingin Khansa di anggap seorang ning.

"Lho? Kenapa ning?---"

"Khansa," Ralat Khansa.

"Eh, maksudnya kenapa Sa? Ehm, aku jadi nggak enak. Merasa nggak sopan gitu,"

KHANSA'S DESTINY [END]Where stories live. Discover now