[33] KHANSA'S DESTINY

2.1K 227 4
                                    

Setelah kejadian tadi pagi, akhirnya Batha di pindahkan ke pesantren walaupun sempat cekcok dengan nenek Dyah yang tidak terima jika Batha menjadi seorang santri di pesantrennya, beruntungnya Khanza memberi sedikit pengertian.

Asrama, di sanalah Batha berada. Ia mengedarkan pandangannya menatap setiap sudut asrama yang akan menjadi tempat tidurnya, "Sempit amat, mana panas lagi nggak ada AC," Komennya.

"Kan, namanya juga pesantren. Kamu jika ingin yang ada AC nya dan lega ke hotel aja," Ujar lelaki yang memakai sarung berwarna hijau itu, yang tak lain adalah teman se asrama Batha.

"Apa sih nyolot banget lo!" Sinis Batha, lelaki dengan baju koko hitam pun berkomentar, "Anda yang nyolot ya! Udah tahu asrama pesantren masih aja nyolot sempit lah, gak ada AC lah, di kasih tahu baik-baik malah gitu! Sopan kah?" Ujarnya tak terima.

Lelaki bersarung hijau pun menepuk pelan temannya yang memakai baju koko hitam, "Udah nggak usah emosi, nggak baik Rel,"

Lelaki bersarung hijau beralih menatap Batha, ia tersenyum tipis, "Oh ya nama kamu tadi Batha kan kata gus Khanza?"

"Udah tahu kok malah nanya!" Sewot Batha dengan gaya judesnya.

"Ya siapa tahu kita bisa berteman dengan baik Bath, salam kenal ya aku Sidiq Khair Al-Furqan, kamu bisa panggil aku Sidiq,"

"Dan ini," Sidiq beralih menatap teman disebelahnya yang memakai baju koko hitam, "Dia Farel, teman se asrama kita,"

"Gak nanya!" Jawab Batha acuh.

"Heh, gelut sini! Mending anda pindah sana ke asrama lain! Nggak cocok anda tidur se asrama sama kita!" Ucap Farel tampak emosi dengan Batha.

"Sabar Rel, yang penting dia udah tahu nama kita,"

Tidak mempedulikan omongan Sidiq dan Farel, Batha beralih menidurkan dirinya di kasur yang sudah di siapkan di asrama tersebut, "Debat aja sono, gue mau turu!" Ujar Batha seraya merebahkan badannya di kasur kecil yang menurutnya sempit.

"Woi itu kasur milik saya! Awas gak?!" Ujar Farel tak terima ketika Batha memakai kasur miliknya.

"Suka-suka gue sih! Noh kasur masih ada dua lagi!"

"Kasur anda di pojok, ini kasur saya! Pergi!" Usir Farel sangat geram melihat Batha yang tak kunjung pergi.

Karena gemas, Farel langsung menarik kaki Batha, sehingga...

Bruk

"Argh, sshh!" Rintih Batha ketika badannya bertubrukan dengan lantai yang dingin.

Sidiq membulatkan matanya sedangkan Farel terlihat santai dan tersenyum kemenangan, "Makanya anda tidak usah memakai hak milik orang lain dong!" Tawa Farel melihat Batha yang merintih kesakitan.

"Rese bener lo!" Komen Batha seraya memegang punggungnya yang terasa nyeri.

Sidiq menghampiri Batha dengan tampangan wajah yang khawatir, "Kamu nggak apa-apa Batha?" Tanyanya membuat Batha memutar bola matanya malas, "Noh temen lo tuh rese banget, numpang tidur doang masa gak boleh, pelit! Kuburannya sempit mampus lo!" Ujar Batha melirik Farel yang tampak acuh.

Batha bangkit, ia menepuk tangannya membersihkan debu yang menempel, "Gue tandain ya lo Masre!" Alis Farel terangkat sebelah, "Masre?"

"Iya! Manusia rese, kayak lo contohnya!!" Tawa Batha membuat Farel menatapnya datar.

"Dari pada anda! Batu Batha! Hahahahahah!!" Tawa Farel seketika pecah membuat Batha kesal setengah mati.

"Gue mending turu," Decihnya seraya menidurkan badannya di kasur sebelah kanan.

KHANSA'S DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang