[30] KHANSA'S DESTINY

2.3K 301 213
                                    

Komen di setiap paragraf agar cepat tembus kalau bisa!!!

***

Tok tok tok

"Sebentar," Ujar Khansa, lalu ia menghampiri pintu kamarnya.

Cklek

"Ini gamis abaya punya aunty, kamu pakek ya Sa," Ujar Khanza seraya memberikan gamis pada Khansa.

Kedua mata Khansa berbinar, "Cantik banget gamisnya, ini beneran nggak apa-apa Sasa pakek?"

"Nggak apa-apa lah, buruan kamu siap-siap ya, abang tunggu di luar,"

Khansa mengangguk, ia langsung memasuki ke dalam kamarnya kembali, sedangkan Khanza melenggang pergi keluar.

Setelah beberapa menit, akhirnya Khansa selesai mengganti baju. Ia duduk menghadap cermin, mengoleskan sedikit bedak tabur dan lipbam di bibir pinknya.

"Masha Allah anak umma Khai cantik banget," Pujinya setelah melihat penampilannya di depan cermin.

Tidak mau abangnya menunggu, Khansa segera meraih tas selempangnya yang berisikan uang pemberian sang kakek yang baik hati.

Khansa berlari kecil menghampiri Khanza yang tengah berbincang dengan lelaki lain di teras ndalem, "Assalamu'alaikum,"

Kedua pria tersebut pun menoleh ke belakang yang mendapati Khansa, "Wa'alaikum salam,"

"Yuhu abang, Sasa udah siap nih!" Girangnya.

"Masha Allah," Gumam kedua pria itu.

"Sasa udah cantik kan bang?"

Khanza mengangguk, ia mematung melihat perubahan pada diri Khansa. Ia cantik dengan memakai gamis hitam abaya, dengan kerudung segiempat menutup dada, dan sepatu putih, wajahnya yang terlihat cantik ditambah sedikit make up berupa bedak dan liptin tipis.

Khanza akui, ini benar-benar sangat mirip ummanya, "Sa?"

"Iya bang?"

"Masha Allah, adik abang kamu cantik banget mirip umma dek,"

"Iya kah bang?"

Khanza mengangguk, "Serasa lihat umma,"

Khansa tetsenyum tipis, kemudian ia melirik pria yang tengah menatapnya tanpa kedip, "Bang itu siapa sih?" Bisiknya di telinga Khanza.

Khanza menoleh seketika kedua matanya membulat, "Heh! Tadz sadar! Zina mata!!" Teriak Khanza menutup wajah sang ustadz.

"E-eh lepas gus,"

"Jangan lihat-lihat, dosa!"

"Iya-iya gus, astagfirulloh. Itu adik gus Khanza kah yang suka gus ceritakan ke saya?"

Khanza mengangguk, "Iya benar, dia adik saya."

"Siapa itu, bang?"

"Itu ustadz Harun,"

Khansa mengangguk seraya ber 'Oh' ria, ustadz Harun menundukkan kepalanya dihadapan Khansa, "Afwan ning, saya sudah lancang menatap ning Khansa,"

"Tidak apa-apa tadz,"

"Abisnya ning Khansa cantik banget sih," Ujar ustadz Harun membuat Khanza protes tak terima.

"Dosa tadz dosa muji kecantikan hawa," Celoteh Khanza.

"Ya Allah gus iya saya paham, gus kenapa sih? Sensitif amat, gak lucu masa cemburu sama adik sendiri," Cibir ustadz Harun.

"Enak aja saya nggak cemburu ya, saya nggak mau adik saya di tatap-tatap sama yang bukan mahramnya," Sewot Khanza.

KHANSA'S DESTINY [END]Where stories live. Discover now