[32] KHANSA'S DESTINY

2.1K 267 17
                                    

Keesokan harinya, seorang lelaki berambut keriting, dengan postur badan yang tak seperti biasanya, ia kurus, dan lemah seperti tak ada semangat hidup.

Lelaki itu menyender pada jeruji besi paling ujung dengan tatapan kosong ke depan, merenungkan segala penyesalannya.

Suara langkah kaki yang mulai mendekat membuat lelaki tersebut mendongak, seorang pria paruh baya dengan seragam cokelat itu mulai berucap, "Saudara Batha anda dinyatakan bebas mulai hari ini," Ujar pria paruh baya tersebut yang tak lain adalah polisi.

Ya, lelaki yang tengah mendekam di jeruji besi adalah Batha. Refleks Batha langsung sigap berdiri dengan perasaan kaget dan juga ada rasa bahagia di dalam hatinya, ini bukanlah mimpi kan?

"Pak? Beneran?" Tanya Batha, jujur sebenarnya ia kurang percaya.

"Benar, keluarlah ada yang ingin bertemu dengan anda!" Polisi tersebut mulai membuka jeruji besinya agar Batha bisa keluar.

Setelah Batha keluar, polisi itupun mengunci kembali jerusi besi, "Mari, ikut saya!" Batha mengangguk patuh, perlahan ia mulai mengikuti langkah polisi dari belakang.

"YA ALLAH BATHA!" Batha mendongak, rasa rindu pun terobati ketika ibunya memanggil namanya.

Ayara dengan cepat langsung mendekap tubuh kurus anak satu-satunya itu, perlahan Batha membalas pelukan Ayara dengan erat, "Maafin Batha yang udah buat mami kecewa sama Batha," Lirih Batha didalam dekapan Ayara.

Ayara mengusap punggung Batha dengan lembut, "Iya nak, maafin mami ya seminggu ini mami nggak pernah ngejenguk kamu,"

Batha mengendorkan pelukannya pada Ayara, "Wajar, pasti mami kecewa banget sama Batha kan?"

Ayara tersenyum tipis walau jujur masih ada rasa kecewa didalam hatinya, "Yang penting sekarang anak mami sudah bebas, mami udah senang banget sayang!" Ujar Ayara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Mami? Siapa yang membuat Batha bebas? Mami nyewa pengacara?" Tanyanya dengan hati-hati.

Lagi-lagi Ayara tersenyum, ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, "Kamu balik badan nak,"

Batha menurutinya, ia membalikkan badannya, seketika ia tersentak kaget kala melihat kedua kakak beradik yang tengah duduk di kursi penunggu.

"K-khansa?"

Ayara mengangguk, "Iya nak, Khansa sama Khanza lah yang telah membantu mami untuk membuat kamu bebas dari penjara. Tolong nak, berterima kasih lah sama mereka, kalau bisa bersujudlah dihadapan mereka sebagai tanda terima kasih,"

"B-bersujud?"

"Iya, lakukanlah nak."

Perlahan Batha menghampiri Khansa dan Khanza, "Sa," Lirihnya.

Anak kembar itu pun mendongak, seketika kedua bola matanya membulat kala melihat Batha bersujud dihadapannya, "Hey? Batha berdirilah, jangan seperti ini!" Ujar Khansa tak terima.

"Gue minta maaf Sa, gue benar-benar orang jahat, tolong maafin gue Sa." Lirih Batha dalam sujudnya.

Dengan cepat Khanza bangkit ia menarik pergelangan tangan Batha untuk berdiri, "Berdiri, nggak ada gunanya kamu seperti itu!"

Batha pun langsung berdiri, "Gue minta maaf atas perlakuan gue,"

Khansa mengangguk, "Yang lalu biarlah berlalu, Bath."

"Duduklah, kita bicarakan baik-baik," Titah Khanza, sontak Batha pun duduk dihadapan Khanza dan Ayara yang duduk dihadapan Khansa.

"Saya membebaskanmu tetapi dengan syarat, kamu jangan pernah mengulanginya lagi kesalahan kamu itu. Dan jangan pernah membenci adik saya, jika kamu mengulanginya maka saya tidak akan segan untuk mempenjarakan kamu kembali!" Tutur Khanza dengan tegas.

KHANSA'S DESTINY [END]Where stories live. Discover now