[37] KHANSA'S DESTINY

2K 200 124
                                    

Hari-hari terus di lalui, sudah genap 4 bulan Khansa tinggal di asrama bersama Kiran dan Sella. Khansa sangat bersyukur ia bisa mempunyai teman, walau jujur sekarang ia sudah jarang bertemu dengan Khanza karena lelaki itu selalu saja sibuk dengan urusan pesantren.

Khansa mengucek matanya, perlahan ia bangun dari tidurnya, ia menatap jam dinding dengan mata yang menyipit. Jam tengah menunjukkan pukul 01.20 WIB, "Gak tahan," Cicit Khansa, ia menatap kedua temannya yang sudah sangat terlelap.

Ingin sekali ia membangunkan Kiran dan Sella, tetapi melihat keduanya sangat nyenyak Khansa urungkan kembali niatnya, ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan lunglai menuju toilet.

Khansa menyilangkan kedua tangannya di atas dada, seraya mengendarkan pandangannya, "Ya Allah, temani Khansa. Khansa takut.." Cicit Khansa, ia berusaha mempercepat jalannya menuju toilet asrama wanita.

Di lain tempat, Batha menatap lurus kedepan memperhatikan gerak-gerik Khansa yang tengah berlari kecil, "Itu Khansa kan?" Tanyanya, karena penasaran Batha langsung bergegas menghampiri Khansa.

"Khansa!!" Teriak Batha dengan tangan yang memegang sebuah senter.

Khansa membulatkan kedua matanya panik, "Astagfirullah aladzim, ya Allah.."

"Khansa, ini gue Batha woi!!" Langkah Khansa mulai terhenti, ia membalikkan badannya dan mendapatkan Batha yang tengah menghampirinya.

Alis Khansa terangkat sebelah, "Lo? Ngapain?! Gue kaget tahu!" Kesal Khansa menatap Batha dengan mata sinisnya.

"Lo mau kemana Sa? Malem-malem gini, lo gak takut emang?"

"G-gue kebelet buang air kecil, gue gak berani. Makanya ini di beraniin, nggak tahan Bath," Cicit Khansa pelan.

"Mau kencing?" Khansa mengangguk sebagai jawaban, "Antar ya?"

Refleks Batha tersentak kaget, "Gue? Anter lo?"

"Iya ih, gue mohon sebentar aja. Gue kaga tahan ini, plis Bath urgent!"

"Ya udah buruan, gue nunggu di luar toilet ya?" Khansa mengangguk antusias, "Iya, ayo!!"

***

"Lo tunggu di depan pintu, jangan kemana-mana, awas lo kalau kabur!" Tunjuk Khansa pada Batha.

"Iya-iya elah, cerewet bener lo Sa, buruan ih!" Dengan cepat Khansa langsung memasuki ke dalam toilet dan menutup pintunya sedangkan Batha tengah berjaga di depan pintu toilet yang Khansa tempati.

Batha menatap kanan-kiri, sangat gelap dan sepi, tidak ada suara apapun di sana, hal itu membuat bulu kuduk Batha seketika merinding.

Tap, tap, tap.

Jantung Batha berdetak dengan sangat cepat, pendengarannya sangat tajam, ia mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.

"Hiiii-hiiii-hihihiiii~"

Kedua mata Batha membola, tangan dan kaki seketika mulai bergetar hebat dan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.

Prak

Senter yang Batha pegang kini terjatuh akibat tangannya mulai melemas seperti jelly.

Tok tok tok!!!

"SA! BUKA SA!! BURUAN SA ADA SETAN SAA!!!!" Teriak Batha kepalang panik.

KHANSA'S DESTINY [END]Where stories live. Discover now