[28] KHANSA'S DESTINY

2.2K 245 22
                                    

Baru saja Khanza dan Khansa masuki ndalem, suara nyaring itu mulai terdengar membuat langkah mereka seketika terhenti, "Habis darimana kamu Khanza?!"

Mereka mendongak, di sana terdapat wanita paruh baya yang terlihat awet muda dengan khimar sepanjang pinggang. Khansa tampak meneguk salivanya susah payah, berbeda dengan Khanza yang tampak terlihat tenang.

"Afwan nek, tadi Khanza bawa Khansa ke makamnya bang Rakha," Ujar Khanza menatap nenek Dyah dengan raut wajah tenang.

"Hanya karena itu kamu sampai tidak mengajar santriwan? Karena kamu ustadz Harun harus menggantikan tugasnya," Tekan nenek Dyah yang tampak menahan amarah.

Khanza menghela nafas kasar, "Nek, Khanza benar-benar minta maaf. Khansa juga harus tahu perihal masa lalu umma sama abba,"

Mendengar ucapan Khanza, nenek Dyah tidak bisa menahan amarah, "Khanza! Umma sama abbamu sudah meninggal dunia, jangan membuat mereka tidak tenang disana, nak!"

Khanza menundukkan kepalanya, hatinya tergores ketika mendengar ucapan nenek Dyah yang terbilang cukup keras, bisa dibilang ia membentak.

Khansa yang sedari tadi menunduk akhirnya mendongak, "Nek, ini semua salah Khansa nek, tolong jangan marahin bang Khanza," Lirih Khansa memohon.

Khanza tersentak kaget mendengar omongan adiknya, "Sa,"

"Jadi ini salah kamu, Khansa?" Tanya nenek Dyah.

Khansa mengangguk, "Iya, karena Khansa bang Khanza jadi harus pergi,"

"Nenek sudah lelah, nenek hukum kamu malam ini kamu harus memasak tanpa bantuan siapapun!" Titahnya.

Khansa mengangguk, "Baik nek,"

Sedangkan Khanza membulatkan kedua matanya, "Nek, jangan gitu lah. Kan masih ada teh Lastri,"

Teh Lastri adalah wanita dengan umur 30 tahun, ia bertugas memasak untuk keluarga ndalem atau para santriwan dan santriwati.

"Nenek maunya Khansa yang memasak!" Setelah mengucapkan itu nenek Dyah langsung bergegas pergi meninggalkan kedua cucunya.

"Sa, maaf,"

"Kamu kenapa sih bang? Maaf terus, udah sih nggak apa-apa, beruntungnya Khansa masih bisa masak lho, nanti abang harus coba masakan Sasa ya?" Ujar Khansa sangat antusias.

Khanza tersenyum simpul, lalu ia mengangguk menatap Khansa, "Abang bakal coba, dan abang sangat yakin masakan kamu enak,"

"Oh ya, abang lupa. Sekarang kamu ke kamar ya, ada beberapa kamar kosong, dan kamu bisa milih sesuka kamu dek," Lanjut Khanza.

"Mau-mau!!"

***

Khansa akhirnya mendapatkan kamar yang terletak di belakang Khanza, ia sengaja memilih di sana agar bisa dekat dengan sang abang.

"Kamu mandi dulu gih, kamar mandi ada di sana, peralatannya pun lengkap semua," Ujar Khanza menunjuk kearah pintu kamar mandi.

Khansa mengangguk, "Siap bang, makasih ya bang Khanza,"

Khanza mengangguk ia mengusap kepala Khansa yang dibaluti oleh khimar, "Kalau Sasa butuh sesuatu bisa bilang sama abang, ponsel kamu mana dek?"

Khansa menepuk jidatnya, "Sasa nggak punya ponsel bang, rusak." Ujar Khansa cengengesan.

Khansa lupa jika ponsel miliknya telah retak dan tidak bisa menyala kembali akibat ia lempar ketika mendengar kabar jika Rana sudah tak bernyawa lagi.

KHANSA'S DESTINY [END]Where stories live. Discover now