33. DON'T LOOK BACK IN ANGER - Oasis🎶

2.5K 141 8
                                    

"Trimester? Itu kan untuk ibu hamil?!" Tanya Laut lagi setelah ibu-ibu itu pergi.

Lily yang ditanya pertanyaan itu dengan natural langsung gelisah.

"Aku cuma iyain aja biar cepet." Jawab Lily.

Laut masih mencari kejujuran di mata Lily. Namun, dengan cepat Lily memalingkan wajahnya, memutus tatapan menghunus dari Laut.

"Kamu bohong. Kamu hamil, Ly?!" Tanya Laut.

Deg!

"Apasih? Nggak!" Jawab Lily.

"Ly, aku bakal tanggung jawab. Kenapa kamu bohong sama aku?" Tanya Laut lagi.

"Nggak ada yang hamil, Laut! Aku nggak hamil, aku masuk angin aja."

"Bohong! Kalo gitu ayo kita cek ke rumah sakit sekarang." Ucap Laut.

Lily terperanjat kaget, "nggak mau! Buat apa?! Aku nggak hamil dan kamu nggak perlu pusing!" Ucap Lily sembari berjalan meninggalkan Laut dan bahkan Cotton candy yang ia beli tadi.

"Ly! Makasih ya." Ucap Laut kepada si penjual saat mengambil cotton candy milik Lily sembari berlari kecil menyusul Lily.

Greb

"Kenapa kamu marah kalau nggak bener?" Tanya Laut lagi.

"Karena kamu maksa! Karena kamu bahas hal nggak jelas!" Jawab Lily.

"Hal nggak jelas gimana?! Kamu yang aneh, kamu yang bikin aku curiga." Ucap Laut.

"Terus apa mau kamu? Aku udah jawab yang sejujurnya, terus apa mau kamu, Laut?! Emang kalo aku hamil bakal apa? Bakal kenapa?" Tanya Lily balik.

Laut membisu.

Reaksi yang sesuai dengan dugaan Lily. Memang benar selama ini Lily hamil. Dirinya mengetahui pertama kali mengandung beberapa hari setelah kejadian di Club itu.

Alasan terbesar Lily tidak ingin memberi tahu Laut adalah dirinya paham karakter laki-laki ini. Sebelum menjauhi Laut, Lily sempat berpikiran untuk mengatakan kepada laki-laki ini bahwa dirinya sedang mengandung.

Tapi, Lily mengurungkan niatnya.

Gentala sempat mengatakan kepada Lily bahwa Laut tidak pernah memiliki plan untuk menikah. Sedangkan Samudera, dirinya sempat menunjukkan kepadanya betapa plin-plan dan tidak bertanggung jawab apa Laut melalui bukti sebuah chat.

Hal itu membuat Lily berpikir berkali-kali untuk menyatakan kepada Laut bahwa dirinya sedang mengandung.

Samudera, laki-laki itu berperan besar dalam keputusan Lily saat ini. Berbohong kepada Laut, tidak memaafkan Laut, dan selanjutnya meninggalkan Laut, merupakan rencana Lily yang di dukung penuh oleh laki-laki itu.

Wanita polos yang tersakiti memang biasanya lebih mudah untuk di manipulasi, dan Samudera tau itu.

"See? Kamu emang mau tanggung jawab apa, Laut? Mau seperti apa?" Tanya Lily.

"K-kita.."

"Nikah? Emang kamu mau? Nikah nggak ada di dalam list hidup kamu kan?" Ucap Lily.

Laut mengernyitkan dahinya, bagaimana Lily bisa tau?

"Kamu-"

"Aku nggak hamil, udah kan?" Ucap Lily sebelum berjalan berlalu meninggalkan Laut.

"Ayo kita nikah." Ucap Laut sembari mencekal pergelangan tangan Lily.

Deg!

'Apa-apaan ini?' Batin Lily.

Scene ini diluar perkiraan Lily. Dirinya tau dan sangat amat paham betapa takutnya Laut dengan sebuah komitmen seumur hidup itu, tapi apa? Laut mengajaknya menikah?

"Hah?" Beo Lily.

"Ayo kita nikah kalo emang kamu mau tau bentuk tanggung jawab aku seperti apa." Ucap Laut

"Bentar lagi aku lulus, aku juga punya penghasilan walaupun nggak banyak tapi aku punya uang dan tabungan, aku ada. Walaupun aku nggak akan bisa fasilitasin kamu kayak papa kamu fasilitasin kamu, tapi aku yakin aku masih mampu penuhin kebutuhan kamu at least sampai aku dapet pekerjaan tetap nanti." Tambah Laut.

Bola mata Lily membulat dengan sempurna mendengar penuturan laki-laki di depannya ini.

"Bahkan untuk anak kita. Aku masih sanggup secara financial biayain kalian berdua, asal kamu nggak beli tas kayak gini tiap tahun." Ucap Laut sembari mengangkat paperbag milik Lily.

"Will you marry me, Lilyanna Bloom?" Tanya Laut.

"You're too impulsive, Laut. Kamu cuma butuh validasi bahwa kamu bisa tanggung jawab dengan nikahin aku kalau aku hamil, apa aku salah? Aku tau kata-kata barusan spontan keluar dari mulut kamu karena kamu nggak mau kelihatan that you don't have any plan untuk tanggung jawab."

"Aku nggak hamil. Dan aku bisa sendiri, we're too young to get married. Even tho aku hamil, im not gonna need your help untuk ngerawat anak aku. So, stop paksain diri kamu yang aku tau belum siap untuk melangkah ke komitmen seumur hidup itu. Aku nggak butuh pertanggung jawaban dari siapa-siapa." Tambah Lily.

"Ly, kata-kata kamu nyakitin hati aku banget." Ucap Laut.

Lily menyadari perubahan mimik muka Laut, Lily tidak pernah berkata sekasar ini ke orang lain apalagi orang yang dicintainya. Tapi entah mengapa, Lily bisa semudah itu mengeluarkan kata-kata yang jelas ia tahu akan menyakiti lawan bicaranya.

"Apa aku terlihat sebegitu menyedihkannya di mata kamu sampai-sampai kamu nggak percaya aku mampu?" Tanya Laut.

"Apa kamu nggak bisa lihat ketulusan dari aku, Ly?"

Lily diam tak bergeming.

"Aku udah mempertimbangkan segalanya, keputusan aku tadi bukan keputusan impulsive kayak yang kamu pikir. I truly love you, if there is other word than i love you, i would say that to you."

Lily mencari kesungguhan di mata Laut. Dirinya tidak bisa menemukan kebohongan di mata indah yang selalu mampu membuatnya luluh.

"I'm sorry, aku terlalu emotional." Ucap Lily.

Laut menarik Lily ke dalam pelukannya, "I love you so much, Ly. Aku rela kehilangan semuanya asal bukan kamu." Ucap Laut.

"Jadi?" Tanya Laut saat melepas pelukannya.

"What?"

"Kamu beneran hamil?"

•**•
HOLAAA!!!
Maafin aku huaaa lama up nya😭🙏🏻

LAUT KUWhere stories live. Discover now