"Gue nggak bakal ngelak soal ngerasa bersalah sama kejadian 2 tahun lalu, maaf buat itu. Gue nggak mikirin perasaan lo."

Ikara menaikan alisnya tak puas. "Udah itu doang? Ngerasa bersalah doang?"

Leo menoleh sambil tersenyum miring. "Kurang?"

"Dih," Ikara mendorong wajah Leo dengan telapak tangannya.

"Bilang aja lah,"

Ikara menghembuskan napas berat. "Sekarang gue udah nggak mau berharap sama siapapun, Le. Lo bener, people come and go. Ada yang bakal stay, ada yang pergi. Jadi terserah lo mau yang mana, gue udah nggak ngerespon pake hati. Kita emang udahan kan, jadi gue nggak masalah misal lo dateng ke sini karena ngerasa bersalah."

Garis wajah Leo menurun, tampak tak berharap kalimat itu akan dilontarkan. "Serius banget," katanya sambil menimang botol soda yang sudah kosong.

"Sebelum jadi mantan, pacar atau musuh, kita pernah jadi temen. Jadi balik ke masa itu aja,"

"Siapa juga yang mau," Leo berdecih.

"Lo nggak capek musuhan sama gue terus?"

"Nggak."

"Aneh."

"Emang."

"Gue nggak mau kita canggung cuma karena sekarang mantan. Kalo temen kan enggak,"

"Yang bikin canggung lo sendiri, gue enggak."

Ikara melengos. "Susah ngomong sama lo,"

"Emang."

Ikara menatap Leo cukup lama. Leo memang jahat 2 tahun lalu, tapi dia juga pernah kenal Leo yang menjadi support systemnya. "Lo baik-baik aja selama ini?"

Leo diam.

"Pasti berat banget setelah tau nyokap lo sakit,"

Leo mendunduk dengan gerak-gerik gusar. "Gue nggak papa."

"Kayaknya kita bisa dapet award terbanyak dari sok-sokan nggak papa." ucap Ikara sambil terkekeh. "Lo itu anak Mamah, jadi gue tau."

"Yaudah nggak usah ditanyaiin lagi." decak Leo.

Ikara menunduk agar bisa melihat wajah Leo. "Takut nangis, ya?"

"Enggak," Leo memalingkan wajahnya.

Ikara tertawa. "Selalu nolak dipeluk tapi ujung-ujungnya balik juga. Kenapa? Dasar cengeng."

"Diem lo," Leo meliriknya sinis.

"Next time kalo lo nolak lagi gue nggak mau dipeluk lagi," ucap Ikara sambil meraih botol soda. Ia menoleh ke belakang mendapati Pak Seto dan Mba Yeni tertidur di sofa. "Astaga."

"Excuse me?"

Mereka berdua menoleh saat seorang laki-laki berambut pirang muncul. Tampaknya bukan orang sini. "Ya?" Ikara merespon karena Leo hanya diam.

"Im a tourist anyway, Im John. If you don't mind, may I have your phone? I need to call my friends, I got lost when we were walking around this street."

My Frenemy ( AS 10 )Where stories live. Discover now