42

19.6K 4K 1.5K
                                    


sekali" meme lapak ini.

sekali" meme lapak ini

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.








42.








"Ra?!"

Ikara terlonjak kaget, dia langsung menegakkan badan sambil melirik anak kelas yang menatapnya. Sehingga ia menoleh pada Bella meminta bantuan.

"Dipanggil Pak Abri," bisik Bella.

"Saya?"

"Ikara ikut saya ke kantor. Anak-anak pelajaran hari ini selesai."

"Makasih, Pak Abri!"

"Makasih, Pak!"

Ikara diam sesaat, kemudian beranjak dari kursi dan melangkah keluar. Ia mengikuti Pak Abri di belakang, penasaran apa alasan dia dipanggil.

"Duduk,"

Mereka sudah sampai di kantor kesiswaan. Ikara menarik kursi dan duduk.

"Bapak denger Papah kamu ada urusan bisnis di Bali,"

Ikara tidak menjawab, jelas tau karena Pak Abri guru andalan papah untuk dimintai sesuatu.

"Temen-temen olim kamu nggak tau kan Ikara?" tanya Pak Abri. "Nggak mungkin dikasih tau dong, pasti kamu tau resikonya bakal kena ke kamu."

"Kenapa Bapak mau terima uang suap?"

Pak Abri terkejut sesaat, kemudian tertawa. "Lho lho lho, bukan uang suap itu namanya. Toh itu cuma olim yang nggak begitu ngaruh ke nilai kalian, nggak usah dipikirin banget."

Ikara menunduk sambil meremas rok seragamnya. "Terus gimana yang udah susah payah belajar, Pak?"

"Ya semua murid wajib belajar, anggep itu saku buat masa depan. Namanya hidup, nggak selalu berjalan lancar. Ini juga demi kebaikan kamu."

"Saya nggak mau kebaikan yang kayak gini Pak," Ikara menggelengkan kepala. "Saya nggak mau jadi alasan gagalnya usaha orang."

Pak Abri menghela napas berat. "Saya panggil kamu buat tawarin olim sosiologi, itu nilai paling tinggi di rapor kamu. Gimana?"

Ikara diam.

"Hm? Tawaran bagus loh, belum Bapak umumin ke anak-anak."

"Yaudah diumumin aja, Pak."

"Bapak prioritasin kamu dulu sebagai murid teladan di sekolah kami, Papah kamu juga bakal seneng kalo tau anaknya ikut olimpiade."

Ikara menundukan kepala sambil menautkan jari-jarinya. Ia kemudian mengangkat kepala. "Tolong sampeiin Papah, saya nggak mau ikut olimpiade." ucapnya sambil berdiri.

"Loh—"

"Permisi, Pak." Ikara pamit dari sana. Lalu mendorong pintu kaca yang paling besar setelah milik kepala sekolah. Mereka lebih memikirkan fasilitas para guru dibanding keperluan para siswa.

My Frenemy ( AS 10 )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora