BAB 3 Ulangan Harian 2

Start from the beginning
                                    

Aluka, teman sebangku Senja mencoba menyenggol lengan Senja untuk membangunkannya. Sebenarnya Aluka sedikit takut saat ini melihat Fajar berdiri di depan bangku mereka.

Karena tak mendapat respon apapun, Aluka mencoba mendekati tubuh Senja dan membisikkan sesuatu tepat di telinga Senja, dan berharap semoga Senja mendengarnya.

"Nja bangun, di depan lo ada seseorang."

Senja merasa samar-samar ada yang membisikinya, terbangun dari tidur lelapnya. Fajar yang sedari tadi tersenyum menatap Senja, kini merubah ekspresinya menjadi sedatar mungkin.

Aluka yang melihat itu semua, tak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi pada Fajar. Memilih membuang rasa penasaran itu, dan sekarang Aluka sedikit tenang karena Senja sudah bangun.

Senja mencoba mengucek matanya, ciri khas orang yang baru bangun tidur. Wajah gemas dan lucu Senja saat bangun tidur membuat Fajar ingin tersenyum, tetapi dia tahan, takut jika Senja akan mengetahuinya.

Saat Senja sudah membuka lebar matanya, dia terkejut akan kehadiran sosok laki-laki di hadapannya. Kenapa Fajar ada di sini? Senja tidak lagi sedang bermimpi kan?

"Fajar, ngapain disini?" Kebiasaan Senja jika dengan Fajar, Senja tidak pernah memakai bahasa lo-gue melainkan Senja lebih memilih memanggil dengan namanya.

Sebenarnya Senja melakukan itu berharap agar Fajar mengerti, tetapi sepertinya nihil untuk Senja bisa lebih dari sekedar teman untuk Fajar.

Fajar mencoba tetap bersikap tenang saat Senja bertanya dan menatap ke arahnya. Manik Hazel itu, selalu membuat Fajar lemah jika terus-terusan melihatnya.

Netra teduh nan indah yang dimiliki Senja memang akan membuat siapapun kagum melihatnya. Fajar akui Senja memang cantik dari segi manapun.
Fajar menghela nafas pelan, ia menyerahkan lembaran kertas terakhir berisikan nama dan hasil jawabannya pada Senja.

"Gue mau kasih ini."

Senja menerima kertas itu, "makasih," Jawab Senja cuek. Senja masih memikirkan perkataan Embun minggu lalu. Itu semua membuat Senja tak tenang dan moodnya berubah tak menentu.

"Iya, yaudah gue mau balik ke kelas dulu." Ucap Fajar lalu berlalu meninggalkan bangku Senja. Saat hendak keluar kelas, kebetulan Bu Fatma juga handak masuk ke kelas Senja.

"Fajar mau kemana?" Tanya Bu Fatma pada Fajar yang kini telah berdiri di hadapannya.

"Saya mau pulang bu," Jawab Fajar sopan.

"Eh, jangan pulang dulu. Ibu mau minta tolong lagi, tolong kamu bantu ngoreksi ini ya, masih ada satu jawaban yang belum dikoreksi." Ujar Bu Fatma lalu menyerahkan satu lembar kertas pada Fajar.

Fajar mengangguk patuh, ia mengurungkan niat awalnya. Bu Fatma sudah masuk ke dalam dan menyuruh mempersiapkan alat tulis. Fajar memilih duduk di bangku depan yang kosong.

Kegiatan mencocokkan jawaban pun dimulai. Fajar kini fokus mengamati jawaban yang ada di kertas genggamannya dengan tersenyum.

Senja sedari tadi bukannya sibuk mengoreksi jawaban Fajar, melainkan sedikit melirik ke arah bangku yang Fajar duduki dan hal itu dia lakukan secara berulang hingga akhirnya, Pikiran Senja seketika berkelana kemana-mana saat melihat Fajar mengoreksi jawaban dengan senyuman.

Kok dia senyum sendiri sih? Fajar suka sama seseorang? Tapi siapa, kok ga pernah cerita. Eh bentar deh, tadi kan Bu Fatma bilang nyocokin sama kelas lain. Terus sekarang Fajar yang diminta nyocokin, berarti kelas gue dong? Tapi kan di kelas ini yang Fajar kenal cuma gue, masa iya Fajar suka gue? Batin Senja. 

Senja menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin Fajar menyukai Senja. Bisa jadi Fajar mengenali salah seorang perempuan di kelasnya tanpa sepengetahuan Senja.

SEJAJAR Where stories live. Discover now