"Maafkan aku tante, aku terkejut."

"Kenapa masih memanggil tante, panggil aku mom." Ujar Diana tak terima.

Anna meringis kecil, dia masih belum terbiasa dengan itu. "Baik mom." Lalu mendapati Diana yang tersenyum.

Anna mengamati sekelilingnya, sebenarnya bukan eksistensi Diana yang tiba-tiba ada di hadapannya saat dirinya membuka mata, tapi juga karena harapannya.

Anna masih berharap kalau ini hanya mimpi, tapi nyatanya, dia tetap terbangun di dalam kamar ini, di kamar yang masih sangat asing baginya, hanya berbeda tempat. Tunggu... apa yang terjadi? Kenapa dirinya ada di ranjang, bukannya semalam dia tidur di sofa?

Anna panik seketika, tangannya meraba seluruh tubuhnya yang syukurnya masih terbungkus dengan baik. Pakaiannya sama dengan yang semalam.

"Kenapa?" Diana melihat Anna yang meraba-raba tubuhnya pun ikut bingung, tapi kemudian muncul senyuman misterius. Dia bertanya tapi bermaksud menggoda. "Apa tadi malam berhasil?"

Anna sedikit terkejut dengan pertanyaan frontal itu. Apa semua ibu seperti ini? Tak ingin menjawab, Anna pun hanya diam tapi dapat di rasakan pipinya memanas. Walaupun semalam tidak ada aktivias lain selain rebahan, tapi dirinya terlalu malu jika harus membahas hal tersebut dengan Diana. Lagi pula apa yang mau di jawab, tak mungkin dia bilang kaau dirinya tak mau di sentuh dengan anaknya.

"Membangunkan istriku hingga membuat wajahnya memerah seperti itu adalah tindakan buruk mom."

Suara bariton terdengar. Anna dan Diana sama-sama melirik sumber suara berasal, menemukan Armand yang keluar dari ruangan walk in closet, dengan pakaian yang lengkap.

"Aku sengaja tidak membangunkannya, karena dia bilang dia sangat lelah. Tapi kau sudah merusak kantuknya itu."

"Maaf kan mom, mom tidak tahu." Diana langsung menyentuh tangan Anna dan mengelusnya pelan membuat Anna mau tak mau pun menggeleng, "Kau pasti mengantuk, tidurlah lagi."

"Tidak apa-apa mom." ucap Anna tak enak.

"Kau pasti sangat kelelahan sayang."

Kepala Anna menoleh, tatapannya sinis, dia sudah sangat kesal mendengar Armand yang semakin memperpanjang obrolan ini. Perkataannya  sebenarnya cukup masuk akal, tapi Anna tahu bukan itu makna yang coba Armand tekankan.

Armand berjalan sambil tersenyum menatap Anna. Senyuman aneh yang membuat Anna mendadak geli.

"Dia kurang tidur semalam."

Anna menoleh sinis, "Ku rasa aku tidur nyenyak semalam, hingga aku tidak merasa kau memindahkan ku dari sofa ke ranjang." Perkataan Anna bernada sindiran, dan Armand paham itu.

"Kenapa kau tidur di sofa Anna." Diana langsung menanyakan itu. Matanya menatap Anna.

Belum juga Anna menjawab, Armand lebih dulu bersuara, "Aku yang mengajaknya bermain di sana, hingga ketiduran."

"Apa yang kau katakan?" Sambar Anna langsung. Dan kekesalannya semakin memuncak melihat bahu Armand yang naik, tidak peduli dengan protesnya itu.

Dalam hati Anna ingin rasanya mencabik-cabik mulut lelaki itu. Kenapa dia mudah sekali mengarang cerita aneh yang membuatnya jijik. Anna melirik ke arah Diana, wanita paruh baya itu langsung tersenyum kecil penuh arti. Dan Anna tahu, rencana Armand berhasil.

The Billionaire PrisonWhere stories live. Discover now