1.1

2.9K 207 3
                                    

H a p p y 🕊 R e a d i n g

Yasha melamun sambil menatap jalanan dari jendela mobil, memikirkan bagaimana nasibnya kedepan nanti. Tidak sampai ia satu minggu tinggal bersama keluarga sang Papa. Ia sudah banyak menerima kenyataan-kenyataan pahin dan juga membingungkan.

Sang Papa selalu berkata jika ia selalu diacuhkan oleh keluarganya sendiri. Sementara ketiga kakak barunya malah berkata bahwa sang Papa lah yang menjauhi mereka.

Ia pusing, sungguh.

"Adek? Kok diem aja?" tanya Agus yang membuyarkan lamunan Yasha.

Yasha menoleh ke arah Agus -yang berada di sampingnya- yang sedang mengemudikan mobil, lalu menggeleng pelan. Raut wajahnya lesu seakan sedang tidak baik-baik saja.

Agus yang melihat wajah lesu dari Yasha pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan yah tak terlalu ramai lalu menempelkan punggung tangannya di kening Yasha.

"Yasha nggak sakit, Pa," ucap Yasha seakan mengerti apa yang dipikirkan Agus.

Ngomong-ngomong, saat ini mereka berada di dalam mobil yang melaju menuju sekolah mereka. Dengan Yasha yang duduk di kursi depan samping Agus, dan ketiga bersaudara itu duduk di belakang.

Itu semua kemauan Agus yang meminta Yasha untuk duduk di depan.

"Terus kenapa? Kok lemas?" tanya Agus lembut.

"Masih ngantuk," jawab Yasha singkat lalu kembali menyenderkan kepalanya lagi di jendela mobil.

"Balik aja, ya? Nggak usah sekolah dulu, besok aja." Yasha langsung menggeleng saat mendengar perkataan Agus.

"Yaudah nanti kalo udah nggak tahan, telepon Papa aja."

Agus kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

Selama perjalanan hanya terdengar suara Panda yang bercerita panjang dengan kedua kakak kembarnya. Sedangkan, Yasha hanya diam sambil mendengarkan percakapan ketiga bersaudara itu.

Hingga mobil sampai di gerbang SMP Swasta Trijaya, sekolah yang akan menjadi tempat Yasha menimba ilmu.

Yasha membuka pintu mobil dan keluar dari mobil, diikuti yang lainnya kecuali Nanda yang hanya duduk diam di mobil.

"Belajar yang rajin, tapi jangan terlalu di paksain. Papa yakin kalau anak Papa ini pasti bisa jadi yang terbaik." Agus mengelus rambut Yasha penuh sayang.

Yasha hanya mengangguk menginyakan perkataan Agus. Lalu Agus beralih pada Panda yang sedari tadi memperhatikan mereka dengan Manda yang sentiasa di sampingnya.

"Gih masuk, belajar yang rajin," ucap Agus pada Panda.

"Panda masuk dulu, Pa," pamit Panda yang langsung berjalan meninggalkan keempat orang disana setelah menyalami tangan mereka satu persatu. Tentu saja kecuali Yasha.

"Yasha, juga." Yasha mencium pipi Agus singkat lalu sedikit berlari untuk mengejar Panda.

"Kak Panda!" panggil Yasha debgan sedikit kuat.

Panda memutar badannya, menatap Yasha dengan tatapan bingung. Memperhatikan Yasha yang kini masih berjalan kearah dirinya.

Begitu Yasha berada di depannya, Yasha langsung tersenyum manis pada Panda. "Yasha nggak tau dimana ruang kepala sekolah, boleh tolong anterin, Yasha?"

Panda menoleh nafas dan memandang Yasha malas. "Yaudah ayo."

Panda langsung berbalik dan berjalan menuju ruang kepala sekolah, diikuti oleh Yasha yang berjalan seraya melihat-lihat sekolah barunya.

"EMBUL!" teriak seseorang dengan suara cemprengnya.

Yasha seketika mengalihkan pandangannya pada tiga orang perempuan yang berlari ke arah dirinya. Ah ralat, ke arah kakaknya.

"Ya ampun, embul, gue kangen banget!" ucap seseorang yang dari berteriak sambil memeluk tubuh Panda.

"Alay lo," sinis perempuan lain.

"Idih, Sarah sirik aja. Gue tuh kangen banget ama si embul." Lila menatap Sara dengan pandangan sinisnya dengan masih memeluk Panda.

"Gue juge kangeeen banget sama, lo." Panda memeluk Lila dengan terpaksa agar sang sahabat tidak ngambek.

Yola menatap aneh kedua temannya itu, menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Lalu, tanpa sengaja pandangannya tertuju pada Yasha yang masoh diam di belakang Panda dan menatap mereka dalam diam.

Lagi, tanpa sengaja, pandangan mereka bertemu, membuat Yola seketika terdiam saat melihat Yasha yang tersenyum tipis lalu mengangguk tanda sedang menyapa.

"Eh, ini siapa? Kok gemes banget?" tanya Sarah yang baru sadar ada orang lain di belakang Panda.

Yasha megalihkan pandangannya dan berkata, "Aku, Yasha, kak. Adiknya Kak Panda." 

"Oh jadi kamu adiknya, Panda?" teriak Lila lagi, gadis itu melepaskan pelukannya dari Panda dan menatap Yasha dengan sorot mata yang seperti menilai?

"Iya kak," jawab Yasha singkat.

"Kenalin, gue Lila, sahabat Panda." Lila mengulurkan tangannya dan dibalas anggukan oleh Yasha. Tidak lupa dengan tangan yang ikut terulur menjabat tangan Lila. Hanya sebentar karena mereka langsung melepaskan jabatan tangan itu

"Gue, sarah." Sarah mengulurkan tangannya dan dibalas oleh Yasha.

"Halo kak Sarah."

"G-gue, Yola." tangan mereka saling menjabat, lagi dan lagi Yola terdiam saat melihat senyum Yasha yang lebih lebar dari tadi.

"Halo kak Yola."

"Gue luan, ya, mau nganterin Yasha dulu ke ruang kepala sekolah." Panda langsung pergi begitu saja setelah mendapat persetujuan dari ketiga temannya.

"Luan, kak." Yasha sedikit membungkuk dan berjalan dengan cepat mengejar Panda yang berada di depan.

"Lo suka sama adeknya, Panda, ya?" tanya Sarah saat melihat tatapan Yola yang terus tertuju pada Yasha.

"Gila lo? Masih smp elah, nggak boleh cinta-cintaan." Yola menatap Sarah dengan sinis.

"idih-idih."

-t b c-

Yasha And His New StoryМесто, где живут истории. Откройте их для себя