0.8

3.5K 262 3
                                    

H a p p y 🍁 R e a d i n g

Menghela nafas pelan, Manda menatap Yasha dengan senyum miris.

"Selama ini kakak selalu nanya ke semua orang, 'kenapa sih, Ayah selalu pergi di akhir bulan?' tapi semua orang nggak ada yang jawab pertanyaan kakak. Sekarang, kakak tau jawabannya."

Suasana seketika berubah menjadi canggung, Yasha terdiam sambil menatap Manda yang kini mencoba untuk mengalihkan perhatiannya dengan cara mengecek bolu yang ia buat.

"Tapi bukannya di minggu pertama sampai di minggu ketiga Papa disini? Karna Papa cuma datang satu minggu perbulan ke rumah." Yasha berkata dengan pelan.

"Ayah jarang di rumah, Ayah lebih sering di kantor dan pulang larut malam. Jadi bersyukurlah lo walau Ayah cuma datang seminggu tapi Ayah terus di rumah selama seminggu itu."

Tidak, bukan Manda yang menyahuti perkataannya. Melainkan Nanda yang entah sejak kapan berada tepat di belakang dirinya.

Yasha membalikkan badannya menghadap Nanda, dan terlihatlah, bagaimana Nanda menatap dirinya dengan sinis itu.

Nanda berjalan melewati Yasha dan menghampiri sang kembaran yang kini sedang menghias bolunya dengan mata yang berkaca-kaca. Yasha menatap keduanya dengan kikuk.

Apakah dia salah disini?

"Ayah pernah ngerayain ulang tahun kamu?" tanya seseorang dari belakangnya lagi. Lagi, Yasha membalikkan badannya dengan secepat kilat.

Dan terlihatlah, Panda yang kini datang dengan membawa buku pelajarannya.

Yasha diam tidak menjawab. Karena, sesibuk apapun sang Papa, pasti selalu meluangkan waktunya untuk merayakan ulang tahunnya.

Ah, membicarakan ulang tahunnya, Yasha baru ingat bahwa ia akan bertambah satu tahun dua bulan lagi.

"Pasti pernah, kan? Bahksn Ayah nggak pernah ingat sama ulang tahun, kami." Perkataan Panda yang terdengar sinis itu mampu membuyarkan lamunan Yasha.

"Enak ya, jadi kamu, Yasha. Kamu anak dari seorang selingkuhan, tapi kamu mendapatkan kasiu sayang layaknya anak sah. Sedangkan kami? Jangankan Ayah buat perayaan ulang tahun, bahkan untuk ngucapin aja Ayah selalu terlambat." Pande tersenyum remeh dan tertawa kecil menertawakan kisah mereka bertiga yang sangat menyedihkan.

"Udah-udah, kok jadi mojokin Yasha sih? Lebih baik kita makan ni bolunya." Manda mengangkat piring berisi bolu yang sudah ia potong-potong dengan tersenyum manis.

Panda berjalan menuju meja makan untuk memakan bolu buatan Manda, diikuti Manda dan juga Nanda. Saat berada di samping Yasha, Nanda menyenggol Yasha dengan pelan.

"Yasha? Ngapain berdiri terus disana? Sini makan bareng kita." Yasha berjalan dengan ragu menuju meja makan.

Sungguh, ia sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang keluarga ini. Yasha duduk dengan canggung di samping Panda yang sibuk pada bolunya.

"Ini untuk, Yasha. Spesial sebagai penyambutan kedatangan Yasha ke rumah ini." Manda menyerahkan sepiring kecil dengan bolu di atasnya.

"Dan membuat Ayah makin jauh sama, kita." Yasha yang tadinya ingin memasukkan sesuap bolu itu ke mulutmu seketika berhenti saat mendengar kalimat sinis dari Nanda. Menaruh kembali sendok dengan bolu itu di piringnya, Yasha hanya diam menatap mereka satu persatu.

Manda memukul pelan kepala Nanda, membuat Nanda meringis ingin protes. Namun, Manda lebih dulu memelototi Nanda hingga membuat pemuda itu langsung bungkam.

"Maafin mereka, ya, Yasha. Mereka memang gitu, suka asal ceplos. Udah dimakan aja bolunya, anggap aja mereka angin lewat." Yasha memandangi Manda yang kini tersenyum lembut kepada dirinya.

Walaupun ia tidak sedekat itu dengan Manda, namun satu yang harus ia ingat. Manda, adalah sesosok perempuan yang memiliki hati yang lembut. Persis seperti Mamanya.

Yasha menoleh ke samping saat mendengar suara kursi yang di tarik. Ternyata itu adalah sang Papa yang menarik kursi agar lebih dekat dengan dirinya.

Piring yang tadi berada di depannya juga sudah di tarik hingga berada di depan Agus. Sesosok pria itu dengan santai menyuapkan sendok berisi bolu yang tadi tak jadi dimakan oleh Yasha.

Memakan bolu itu dengan santai, lalu menatap putri sulungnya dengan senang.

"Bolu kakak memang selalu paling enak!" Agus mengacungkan jempolnya pada sang putri, lalu menyuapkan sesendok bolu pada Yasha.

Yasha membuka pelan mulutnya dan menerima suapan dari Agus.

Ketiga orang lainnya yang juga berada di meja makan seketika mencoba untuk menyibukkan diri mereka masing-masing agar tidak melihat adegan itu.

Begitu pula dengan Panda yang kini sudah menunduk dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Sudah sedari semalam ia menahan diri agar tidak iri saat sang Ayah tampak sangat menyayangi adik barunya itu.

"Panda juga mau Ayah suapi?"  Panda mengangkat wajahnya dengan cepat saat mendengar pertanyaan tidak terduga dari Agus.

Menangguk dengan cepat, Panda menatap Agus dengan binar.

Yasha seketika memundurkan badannya saat Agus menyuapi Panda tanpa bangkit dari duduknya. Secara otomatis, kini wajah Yaah tetap di belakang ketiak Agus.

"Papa bau asem," celetuknya saat mencium bau tak sedap dari Agus.

-t b c-

Yasha And His New StoryWhere stories live. Discover now