Leo dibuat diam kehilangan kata-katanya. Ikara sudah memikirkan matang-matang soal ini. Dan ada rasa takut di dalam hatinya yang ingin mencegah tapi Leo juga setuju dengan keputusan Ikara untuk bebas dari kekangan orang tuanya.


Ikara menoleh pada Leo yang masih menatapnya, ia kemudian tersenyum tipis. Tapi detik berikutnya menghambur di pelukan cowok itu dan mulai menangis membuat Leo mengusap kepalanya.

"Apa perlu anak umur 17 tahun mikir sejauh ini..." lirih Ikara sambil menangis kejar. Dadanya sakit sekali tiap ia memikirkan soal ini.

"Lo nggak sendiri,"

"Takut, Le...."

"Nggak papa."

"Maaf gue egois...."

"Seenggaknya lo jujur dari pada pergi tiba-tiba."

Ikara berhenti menangis. "Gue kira lo bakal marah."

Leo menggeleng. "Gue takut. Tapi kesehatan mental lo lebih penting dari pada perasaan gue. Prioritasin diri sendiri dulu nggak papa."

"Gue mulai goyah karena lo, Le..."

"Pikirin baik-baik mana keputusan paling bener buat masa depan lo. Sisanya lo dateng ke gue buat bantuan, ada mamah ada papah, gue punya keluarga besar yang bisa lindungin elo dari bahaya."

Ikara menggeleng. "Nggak, Papah lebih bahaya dari yang kalian duga. Cukup dukung gue aja, jangan sampe ada campur tangan yang bikin Papah nyerang kalian. Dia punya segalanya Le, bukan cuma uang aja."

Leo diam.

"Jadi gue minta tolong, jangan sampe Papah tau kita punya hubungan. Semuanya bisa hancur, Le."





💞💞💞💞💞💞




Leo melangkah masuk ke dalam rumah tanpa ekspresi. Mendapati ruang tamu sudah gelap karena pasti semua orang sedang tidur. Ela juga malam ini menginap di rumah Abel.

"Abis dari mana lo?"

Leo mendongak mendapati Ela turun dengan maskernya. "Katanya nginep?"

"Kak Elia abis diculik, tau nggak?"

Leo melebarkan matanya. "Terus?"

"Ya itu pada di rumah Tante Luna, tadi gue disuruh pulang duluan." Ela duduk di samping Leo. "Ternyata mantannya yang artis itu masih suka ngikutin dia."

"Sialan,"

"Kasian deh, gue denger calon suaminya sakit juga. Gimana ya Le perasaan dia?"

"Nggak tau, sakit mungkin."

"Banget nggak sih? Nggak ada perasaan yang paling nyakitin selain ditinggal pergi orang yang kita sayang." gumam Ela.

"Hm," Leo langsung menyetujui dalam hati.

Ela jadi menaikan alis. "Kenapa lo? Perasaan abis pergi sama Ikara,"

Leo masih diam membuat Ela mendorong bahunya. "Kenapa anjir."

"Dia juga bakal pergi."

"Hah?" Ela mengerjap. "Ikara? Pergi? Kenapa anjir?"

Leo tidak menjawab.

My Frenemy ( AS 10 )Where stories live. Discover now