Part 15 : BERJAGA

193 53 67
                                    

WARNING! : Dimohon untuk tidak melakukan copy atau plagiat untuk menjaga karya asli milik penulis.


Setelah pertengkaran yang panjang, akhirnya kedua orang ini bisa tenang dan mendengarkan.
Kami berempat membentuk lingkaran dan mulai berdiskusi.

Percakapan dibuka oleh Lucan sambil melipat kedua tangannya di depan dada, "apakah hal-hal ini sengaja mereka lakukan untuk bersenang-senang?"

"Tidak, ini terlalu kompleks jika hanya untuk bersenang-senang," jawab Taki, kemudian meneruskan ucapannya, "coba pikirkan, Brian terkenal karena kejeniusannya dalam bidang medis, dia adalah orang yang ambisius dan tak mungkin melakukan ini hanya karena bosan."

"Jadi maksudmu.."

Lucan berpikir sejenak.

"Apa yang sering dilakukan ilmuan untuk mencapai popularitas?" tanya Taki.

"Eksperimen?" jawabku dengan asal, namun Taki justru membenarkannya.

"Tepat sekali."

"Apa?! Yang benar saja! Dia membohongiku!"

Zennie yang semula tidur di pangkuan Lucan langsung terduduk dan berteriak dengan nyaring.
Zennie yang tidak peduli dengan pembicaraan kami kenapa tiba-tiba begitu marah? Karena penasaran, akhirnya aku mencoba untuk bertanya.

"Siapa yang membohongimu?"

Namun mendengar pertanyaanku Zennie justru tertegun.

"Bukan siapa-siapa!"

Ah, gadis ini masih saja angkuh.

Kami menyudahi pembicaraan dengan menerka bahwa orang-orang berkuasa sedang menjalankan suatu rencana yang entah apa. Untuk mengetahui lebih detail, Taki memutuskan untuk membuat alat penyadap suara.

Kami memutuskan untuk membuat giliran berjaga, dua orang akan berjaga dari pukul 21.00 sampai pukul 01.00 lalu dua orang berikutnya akan berjaga dari pukul 02.00 sampai pukul 06.00.
Giliran pertama adalah Lucan dan Taki kemudian dilanjutkan dengan aku dan Zennie.
Namun Zennie menolak karena menurutnya berjaga sangat membosankan, lalu Lucan mengajukan diri untuk mengambil bagian Zennie. Ya, dia berjaga dua kali lebih lama.
Aku pun tak bisa menolaknya.

Pukul 02.30 malam, Taki dan Zennie telah terlelap dalam tidurnya. Sementara aku dan Lucan masih berjaga, sesekali aku memejamkan mata karena kantuk yang tiba-tiba menyerang.
Di tengah lamunan, Lucan tiba-tiba saja mendekat ke arahku.

"Karena kau memberikan Honjo Masamune padaku, sepertinya kau tidak punya senjata apapun, ya? Ambillah ini!"

Lucan memberikanku sebuah pedang yang tipis dan mengkilap.

"Ini punyamu?" Aku bertanya sedikit bingung.

"Ya, sekarang ini milikmu."

"Terima kasih."

Aku tersenyum menerima pemberiannya.

Sesaat aku berpikir, aku cukup beruntung karena bisa mendapatkan anggota kelompok yang hebat seperti Lucan dan Taki, tapi di sisi lain aku khawatir justru akulah yang menjadi penghambat mereka. Aku bukan orang yang pandai dalam berkelahi apalagi menggunakan senjata.

Aku berusaha untuk mencairkan suasana, "Lucan, sepertinya kau cukup mahir dalam menggunakan pedang, ya?"

"Ya, aku berlatih sejak masih kecil. Keluargaku adalah keturunan Yakuza, tapi mereka menitipkan aku ke panti asuhan saat aku berumur tujuh tahun dan tidak pernah kembali," jawabnya dengan ekspresi wajah nampak muram.

My Battleground Where stories live. Discover now