PART 11 : ANGGOTA PERTAMAKU

243 55 77
                                    

WARNING! : Dimohon untuk tidak melakukan copy atau plagiat untuk menjaga karya asli milik penulis.


Sepertinya yang sudah kurencanakan, gerombolan preman itu berhamburan mencari toilet. Bahkan toilet yang ada di dalam ruangan pun tidak cukup untuk mereka semua.
Sehingga beberapa preman berlari masuk ke dalam toilet umum.

Dengan terkekeh aku keluar dari persembunyianku.

"Sudah kuduga."

Suara seorang pria menyambutku, seakan telah mengetahui apa yang kuperbuat.

"Bukankah aku sudah menyuruhmu pergi? Kenapa kau sangat suka mencari masalah. Katakan rencanamu!"

Ia menatapku dingin.

"Aku akan membuatmu terpisah dari kelompokmu," jawabku dengan lantang.

"Kau gila? Apa maksudmu?"

"Bukankah kau juga benci orang-orang itu? Aku yakin kau lebih suka bergerak tanpa mereka."
Sekali lagi aku berbicara dengan lantang.

"Sok tau."

Ia memalingkan wajahnya.
Sepertinya kau bukan orang yang pandai berbohong, bahkan dari ekspresimu kau sudah menunjukkan ketidaksukaan itu.

"Jadi seperti ini kau membalas kebaikan orang? Setelah panjang lebar menjelaskan baik dan jahat?"

"Apa?" aku mengerutkan kening mendengar ucapannya.

"Aku sudah membantumu kabur, tapi kau justru berencana membuatku terpisah dari kelompok."

Aku tersenyum mendengar ucapannya.

"Tidak kok, itu semua karena aku mau merekrutmu menjadi anggota kelompok baruku."

Ia menatapku keheranan.

"Kupikir kau hanya gadis berisik, ternyata kau juga bodoh."

Si brengsek ini mulutnya seperti bubuk cabai! Kau kira aku juga mau satu tim denganmu? Itu karena aku tidak yakin dengan diriku sendiri, tau! Setidaknya kalau bersamamu keselamatanku bisa terjamin!

Kenapa kau mau menjadikanku kelompokmu?" Ia kembali bertanya.

"Tentu saja karena kau orang yang pandai berkelahi."

Aku tersenyum meyakinkan.

"Pembohong, bukankah karena kau sudah tidak punya kelompok?"

"Ya, itu juga benar, sih. Aku sudah dibuang kelompokku. Jika mau keluar dari sini salah satu syaratnya adalah punya kelompok."

Ia mengamati apa yang aku sampaikan.

"Aku sudah merelakan semua obat sembelitku untuk para preman itu, jadi mengertilah dan bergabung denganku!"

"Itu dia, kenapa harus memberikan obat semacam itu segala? Kau juga berniat mencelakaiku kan?"

"Tidak mungkin! Justru aku menaruh obatnya ke dalam mie karena tau kau tidak akan makan itu."

Ia terdiam sesaat mendengar celetukanku.

"Bagaimana kau tau aku tidak akan makan mie itu?"

"Bukankah kau tidak cukup dekat dengan mereka sampai akan berbagi mie bersama? Anak kecil pun tahu jika melihat interaksimu dengan mereka."

Tiba-tiba saja ia bertanya di luar topik, "hm, dari mana asalmu?"

"Halleystorm, kenapa?"

"Kudengar penduduk Halleystorm punya otak seperti komputer, apa kau yakin berasal dari sana?"

My Battleground Where stories live. Discover now