PART 16 : REYGIS ARSEN

191 60 56
                                    

WARNING! : Dimohon untuk tidak melakukan copy atau plagiat untuk menjaga karya asli milik penulis.


Ia mengerutkan kening, ekspresi masam tergambar jelas pada wajah tampannya.

"Kau lebih berantakan dari waktu itu, ya," ucapnya sambil tersenyum sinis.

Aku membalas senyumnya lalu berkata, "aku tidak berutang nyawa padamu lagi, kan?"

Ia memiringkan ujung bibirnya dan mengangkat bahu.

"Katanya kau akan mudah mendapatkan kelompok baru, tapi kenapa masih sendiri?" ucapku sedikit mengejeknya.

"Aku lebih suka sendiri, bukan karena tidak bisa mendapatkan kelompok."

"Bukan karena ingin bergabung denganku?" Aku mengejeknya lagi.

Ia tertawa geli mendengarku lalu bertanya, "apa kau masih berharap aku bergabung denganmu?"

"Entahlah, sedikit." Aku mengangkat bahu.

"Livia!"

Suara Taki terdengar semakin mendekat dari belakang.
Aku menoleh dan melihat ada Lucan dan Taki yang nampak kelelahan.

"Kau baik-baik saja?" Taki nampak cemas.
Aku mengangguk membalasnya.

Taki bertanya lagi padaku.
"Siapa orang itu?"

"Ah, hanya teman yang pernah kutemui."

"Sepertinya kita tidak cukup dekat untuk disebut teman?" Pria itu lagi-lagi tersenyum sinis.

Ah, bikin kesal saja.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita berkenalan?"

Pria itu tidak menggubris ucapanku, ia justru sibuk memperhatikan Lucan kemudian mengangguk dan berbicara "jadi kau berhasil mendapatkan kelompok yang bagus, ya, menarik."

"Tentu saja, ini berkat kerja kerasku." Aku sedikit bangga mendengarnya.

"Kerja keras? Kau?" Ia terkekeh.

Orang ini benar-benar menyebalkan.

"Ada yang membuatku tertarik pada kelompokmu, tapi seperti yang kau bilang, kita sudah impas dan aku tidak berhutang nyawa padamu, jadi aku tak begitu ingin masuk kelompokmu," ucapnya sambil mengambil tongkat hitamnya di lantai.

"Bagaimana jika kau berutang padaku?"

"Itu tidak mungkin." Ia tersenyum mengejek.

Setidaknya kalau tidak mau bergabung denganku, segera cari kelompok dong, bodoh!

"Aku pergi." Ia mulai melangkah, menjauh dariku.

"Tunggu! Setidaknya beri tahu namamu!" Aku kembali menghentikan langkahnya.

Ia menoleh menatapku dan bertanya, "untuk apa?"

"Sebagai jaminan bahwa aku akan membuatmu berutang padaku."

Ia tertawa kecil mendengar apa yang aku sampaikan.
Dengan langkah panjang, ia berjalan mendekat ke arahku.

Taki dan Lucan yang kebingungan nampaknya tak mau masuk dalam pembicaraan kami dan sibuk mengatur napas.

Pria itu kini berdiri tepat di depanku.
Badannya yang tinggi membuatku harus mendongak agar bisa melihat wajahnya.
Ia menunduk, lagi-lagi ia berbisik kecil di telingaku.

"Reygis Arsen."

Mendengar bisikannya yang terlalu dekat membuatku bergidik.
Tanpa aba-aba apapun, ia langsung pergi meninggalkan kami begitu saja.

My Battleground Where stories live. Discover now