PART 13 : PERINGKAT

219 55 35
                                    

WARNING! : Dimohon untuk tidak melakukan copy atau plagiat untuk menjaga karya asli milik penulis.


Aku mengganti pakaianku yang telah berlumuran darah dengan pakaian yang kutemukan di salah satu koper di ruangan ini. Entah kemana perginya para penghuni di sini. Tapi yang jelas, sepertinya orang-orang di ruangan ini dominan dengan para perempuan.

Sembari aku menenangkan diri dan berganti pakaian di toilet ruangan, Taki memutuskan untuk membereskan kekacauan yang terjadi 30 menit yang lalu.
Setelah aku selesai, aku segera mengambil pembersih lantai dan membersihkan genangan darah yang begitu membuatku mual.

10 menit berlalu, ketika kami berdua telah selesai membereskan kekacauan dan mengganti pakaian baru.
Aku memutuskan untuk mengobati tubuh Taki yang penuh dengan goresan benang.

"Maaf." Taki berseru pelan.

"Kenapa minta maaf?"

"Kalau kau tidak bertemu denganku, kau tidak akan mendapatkan kesulitan seperti ini."

Aku menghela nafas pelan kemudian berbicara, "justru aku bersyukur bertemu denganmu."

Taki menoleh menatapku. Sambil terus membalut perban pada tangannya, aku kembali berkata.

"Tidak bertemu denganmu pun, aku akan bertemu orang-orang seperti tadi."

"Begitukah?"

"Ya, terima kasih sudah menjadi temanku."

"Teman, ya," Taki tersenyum sesaat dan sedikit tertawa.

"Jadi, kenapa tiba-tiba kau mengatakan kesalahanmu tadi?" Aku iseng bertanya, sebenarnya aku tidak begitu peduli.

"Ah, itu." Taki terdiam sesaat, lalu kembali melanjutkan ucapannya.

"Dulu aku pernah punya orang yang sangat berharga, tapi karena aku terlalu pengecut dan tidak bisa menyelamatkannya, aku kehilangan dia."

"Begitu, ya."

Sepertinya aku salah bertanya.

"Dia gadis yang pintar dan cantik. Dia sangat gegabah dan berisik, seperti kau.” Taki kembali menatapku, apa aku gegabah dan berisik?

Kami terdiam sesaat, sampai ketika Taki mengalihkan topik pembicaraan.

"Baiklah, sekarang aku mau tahu tentangmu. Kenapa kau bisa ada di tempat seperti ini?"

Aku berpikir sejenak, kemudian menjawab, "bukankah jawabannya sudah jelas? Aku tertipu oleh mereka."

Taki mengangguk pelan, lalu kembali berkata, "apa ada seseorang yang mengirim website itu padamu?"

"Mengirim? Tidak, aku tidak sengaja menemukannya."

"Sungguh?!"

Aku sedikit terkejut karena Taki.

"Begini, jika informasi yang aku dapatkan benar, maka besar kemungkinan orang-orang yang merencanakan ini sudah memilih siapa saja yang akan mereka bawa ke sini. Mereka akan mengirimkan website itu melalui email, karena mereka punya data tentang orang-orang yang mereka pilih." Taki menjelaskan.

"Jadi maksudmu..."

"Ya, kemungkinan website yang mereka buat khusus untuk orang-orang itu bocor dan kau tidak sengaja menemukannya."

Aku terkejut mendengar penjelasan Taki, apa itu memang benar?

"Kabar baiknya, mereka tidak memegang seluruh data yang kau punya."

"Apa yang baik soal itu? Berada di sini saja sudah sangat buruk." Aku mendengus, kemudian kembali berbicara.

"Tapi bagaimana kau bisa tahu?"

My Battleground Where stories live. Discover now