Side story

184 34 0
                                    

WARNING! : Dimohon untuk tidak melakukan copy atau plagiat untuk menjaga karya asli milik penulis.


Baca side story untuk lebih mengerti alur cerita dari sudut pandang yang berbeda.
°
°
°

Seorang pria berkemeja rapi berjalan dengan teratur menyusuri lorong panjang.
Langkah kakinya terhenti di sebuah pintu megah terbuat dari kayu berkualitas serta ukiran indah.
Sesaat ketika ia hendak membuka pintu, seorang wanita cantik keluar dari ruangan tersebut dengan ekspresi marahnya.

"Kau gigih juga ya."

Pria itu tersenyum tipis seakan mengejek.

"Gray! Tutup mulutmu!"

Wanita cantik bergaun pendek itu nampak semakin kesal.

"Sampai kapan kau mau merayu patung tanpa hati itu?"

Lagi-lagi sang pria mengejek.

"Berisik! Aku tidak ada waktu untuk bicara denganmu!"

Wanita tersebut berjalan pergi sambil menghentakkan kakinya yang dihiasi sepasang heels merah.

Pria tersebut kemudian masuk ke dalam ruang besar itu.

"Luna datang lagi?"
Pria berkacamata tersebut berbicara tanpa menyapa seorang pria yang sedang duduk bersantai dengan segelas wine di tangannya.

"Gray? Ya, hanya beberapa menit. Ada perlu apa?"
Pria bernama Brian tersebut tersenyum, dengan pakaian tidur dan kaki yang disilangkan, ia nampak tidak sedang melakukan pekerjaannya.

"Aku sudah melakukan yang kau minta, jangan lupa dengan janji yang kau buat."
Gray berbicara dengan wajah serius.

"Ah, tentu saja! Aku tidak pernah mengingkari janji, jadi santai saja."
Brian tersenyum lagi, masih tetap fokus pada segelas wine di tangannya.

"Yang harus kau lakukan hanya melaksanakan apapun yang aku perintahkan." Brian menambahkan.

"Aku akan melakukan tugasku, tapi jelaskan padaku kenapa kau menyuruhku membuat drama murahan seperti ini?" Gray bertanya.

"Bukan tanpa sebab." Brian mulai menjawab.

"Lalu?"

Kali ini Brian berdiri dari tempatnya duduk dan berkata dengan pelan.

"Untuk menyaring."

"Apa maksudmu menyaring?" Nampaknya Gray tetap tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh pria cerdik tersebut.

Brian berjalan dan menyalakan sebuah monitor besar yang berada di dekat meja kerjanya.

Brian menampilkan gambar seorang pria berusia sekitar 19 tahun dengan rambut yang berantakan dan kantung mata yang membuatnya terlihat tidak tidur selama berhari-hari. Penampilannya benar-benar seperti maniak internet.

"Han, salah satu VIP yang jenius dalam bidang informasi. Tugasnya adalah mengumpulkan data para pendaftar." Ucap Brian.

"Kalau itu aku juga tahu." Gray menyela pembicaraan.

"Ya, seperti yang kau tahu, ia yang bertugas membuat website pendaftaran yang sudah ditargetkan untuk orang-orang yang masuk dalam kriteria yang kuminta."

Kali ini Gray mendengar dengan seksama.

"Anak-anak yang kabur dari rumah, orang-orang yang punya catatan kriminal, orang-orang yang gagal mencapai tujuannya bahkan orang-orang yang sudah tidak punya tujuan hidup."

"Bagaimana cara dia mendapatkan informasinya?"

"Bukan hal yang sulit, untuk orang-orang yang memiliki catatan kriminal dia hanya tinggal mendapatkannya dengan meretas data polisi, untuk kriteria yang lain kau tanyakan padanya supaya lebih jelas, tapi agak sulit berbicara dengan anak itu."

"Jadi kenapa kau membuat drama dan menunggu hingga sebagian pendaftar pulang?"

Mendengar pertanyaan Gray kali ini, Brian tersenyum lalu menjawab.

"Sayangnya, website yang sudah ditargetkan untuk orang-orang itu entah bagaimana bocor dan akhirnya ditemukan oleh segelintir orang, benar-benar di luar perkiraan."

"Orang-orang yang tidak ditargetkan otomatis ikut mendaftar, sedangkan aku tidak punya waktu untuk menggali lagi informasi lengkap mereka dan cara menyortir mereka adalah dengan drama itu, dan lihatlah! Semuanya berhasil kan? Yang tersisa hanyalah orang-orang dengan data dan DNA lengkap yang aku butuhkan!"

"Kau.. Apa kau sudah merencanakannya?" Gray tidak habis pikir dengan pria di hadapannya itu. Bagaimana mungkin ia bisa melakukannya dengan sangat sempurna bahkan membuatnya tak dapat menebak jalan pikiran pria itu.

Dengan wajah santai, Brian hanya mengangkat bahu.

"Entahlah, hal-hal itu terkadang kupikirkan secara spontan."

Gray mengerutkan keningnya ketika mendengar jawaban yang tidak ia harapkan keluar.

Brian kemudian berjalan mendekati Gray yang masih terdiam dengan wajah seriusnya.
Sambil menepuk pelan pundak Gray, ia berkata.

"Jangan fokus pada rencanamu, fokuslah pada hal-hal yang membuat rencanamu berhasil."

Dengan wajah kesal Gray menepis tangan pria semampai itu.

"Menjauh dariku, katakan saja apa yang harus kulakukan untuk besok."

"Keseruan baru saja dimulai, kau cukup memberikan arahan melalui robot penjaga, mengawasi asrama dan menonton saja."

Brian tersenyum.

"Dasar gila."

To be continue..

My Battleground Where stories live. Discover now