Part 21 : KERJA SAMA

189 43 34
                                    

WARNING! : Dimohon untuk tidak melakukan copy atau plagiat untuk menjaga karya asli milik penulis.


Aku mengernyit dan membuka mata perlahan ketika cahaya matahari mulai menyilaukan.
Ah, sudah berapa lama aku tertidur?

Aku tersadar bahwa aku berada di atas tempat tidur, bukankah aku tertidur di lantai bersama Juno semalam?
Mataku menyusuri ruangan dan mendapati teman-temanku sedang membuat makanan.
Aku merasa tak enak jika harus tertidur lebih lama lagi, segera aku melangkahkan kaki mendekati mereka.

"Selamat pagi," sapaku.

"Oh, sudah bangun?" ucap Taki sembari menoleh ke arahku.

"Selamat pagi, Lily. Ah, maaf aku memindahkanmu ke tempat tidur tanpa meminta izin, aku khawatir badanmu akan sakit kalau tidur di lantai terlalu lama."ucap Juno membalas sapaanku.

"Ah, begitu, ya. Tidak apa-apa," jawabku sambil menggaruk kepala dengan canggung, mengingat ucapannya semalam, membuatku jadi berdebar saat melihatnya.

Aku memutuskan melangkah menuju kamar mandi di dalam ruangan untuk mencuci muka dan membersihkan diri. Saat aku melangkah makin dekat, aku mendapati Reygis ada di atas salah satu tempat tidur tingkat sambil bersandar dan membaca buku.

"Oh, bagaimana lukamu?" tanyaku sedikit penasaran.

"Mendingan," jawabnya singkat tanpa menoleh dan tetap fokus pada buku di tangan kirinya.

"Taki merawatmu dengan baik?" tanyaku lagi.

"Aku bisa mengurus diriku sendiri," jawabnya masih tetap melihat buku, "aku tidak butuh bantuannya, siapa itu? Oh, Taki, dengan kacamata bulat dan robot kecil-kecilnya yang aneh."

Mendengar jawaban itu, aku spontan menautkan kedua alisku, sedikit cemberut dan terus menatapnya.

Reygis yang sepertinya merasa dipandang dengan tatapan tajam, kemudian menoleh menatapku.
Beberapa detik berlalu ia habiskan dengan diam menatapku tanpa berbicara, ia kemudian menelengkan kepala dan mulai bicara, "ada bekas liur di sudut bibirmu, tuh."

"A-Apa?"

Wajahku memerah setelah mendengar ucapannya, bisa-bisanya ia berbicara sesantai itu. Aku segera mempercepat langkah menuju kamar mandi dan menutupnya dengan keras. Di dalam kamar mandi, aku menutup wajahku yang memerah dengan kedua telapak tangan, ah, apakah aku tadi aku bicara pada Juno dengan penampilan begini?
Ah, lupakan. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana rencana selanjutnya. Ingat Livia, tujuan utamamu adalah keluar dari sini, pikirku.

Aku menyelesaikan urusanku di kamar mandi dengan singkat, segera setelahnya, aku keluar dan berkumpul bersama yang lain.

"Nah, rencana kita selanjutnya adalah meminta VIP lantai tiga itu untuk bisa berkomunikasi dengan Gray." ucapku sesaat setelah berada di hadapan teman-temanku.

"Caranya?" sahut Taki, "maksudku, walaupun sudah mendapatkan kontaknya, tidak ada jaminan dia mau berbicara untuk kita."

"Aku akan mengusahakannya, pasti," jawabku.

Kami semua duduk melingkar di lantai. Semua, kecuali Reygis yang masih betah di tempatnya sejak tadi.

Setelah menarik nafas panjang, aku menekan nomor yang ada di layar ponselku.
Satu menit berlalu tanpa ada jawaban dari ponselku, di menit berikutnya, terdengar suara seseorang.

My Battleground Where stories live. Discover now